Visi Kabupaten Pasaman

Selasa, 30 April 2013

RUPA BUMI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2013

Assalamu'alaikum Selamat Datang Di Ranah Pasaman

BUKU RUPA BUMI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2013



BAB  I
ARTI PENTING PENAMAAN UNSUR GEOGRAFI

Begitu manusia lahir di bumi, properti yang pertama diberikan oleh orang tuanya adalah “nama diri”, karena dengan nama ini mulailah terbangun suatu jaringan komunikasi antara orang tua dengan anaknya sepanjang masa. Properti kedua yang melekat pada “nama diri” adalah “ tempat lahir”. Kedua nama, yaitu nama diri dan tempat lahir akan melekat terus pada setiap individu sampai meninggal dan dipakai untuk identitas diri lainnya, termasuk di batu nisannya. Kita dapat kehilangan apa saja, harta benda, dan lain-lain tetapi tidak nama diri dan tempat lahir.
Begitu manusia mendiami suatu wilayah di muka bumi, maka manusiapun memberi nama kepada semua unsur-unsur geografi, seperti nama untuk sungai, bukit, gunung, lembah dsb. Yang berada pada wilayahnya atau yang terlihat diwilayahnya. Bahkan manusia memberi nama pada daerah yang ditempatinya seperti nama pemukiman, nama desa, nama kampung, nama nagari. Tujuan pemberian nama pada unsur geografi adalah untuk identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia. Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah pemukiman manusia.
Manusia yang bermukim pertama sekali di suatu wilayah tentunya memberi nama pada unsur-unsur geografik di lingkungannya. Unsur geografik umumnya dinamai oleh penduduk setempat dengan menggunakan bahasa daerahnya yang mencerminkan bagian dari sejarah dan kebudayaan suku bangsa yang pertama kali mendiami suatu wilayah.  
Nama diberikan berdasarkan apa yang dilihatnya, seperti pohon-pohon atau buah-buahan yang dominan diwilayah tersebut. Contohnya : Durian Tinggi, Cubadak Gadang, Pauah  dan lain sebagainya (yang mana contoh tersebut terdapat di Kecamatan Lubuksikaping-Prov. Sumatera Barat). Selain itu banyak juga pemberian nama geografik berdasarkan nama legenda rakyat, seperti Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan legenda si Malin Kundang di Sumatera Barat. Dengan kata lain, nama-nama unsur geografi bukan hanya sekedar nama, tetapi dibelakang nama tersebut adalah sejarah yang panjang dari pemukiman manusia.












BAB  II
SEJARAH KABUPATEN PASAMAN

1.   Asal Mula Terbentuknya Pemerintah Kabupaten Pasaman
Pada zaman Belanda Kabupaten Pasaman termasuk Afdeling Agam. Afdeling ini dikepalai oleh seorang Asisten Residen. Afdeling  Agam terdiri dari 4 onder afdeling, yaitu :
a.      Agam Tuo
b.     Maninjau
c.      Lubuk Sikaping
d.     Ophir
Setiap onder afdeling dikepalai oleh seorang Contreleur, setiap Contreleur dibagi lagi menjadi Distrik dimana setiap distrik dikepalai oleh seorang Demang (Kepala Pemerintahan). Disetiap Distrik dibagi lagi menjadi Onder Distrik (Asisten Demang). Onder Afdeling Lubuk Sikaping terdiri dari Distrik Lubuk Sikaping dan Distrik Rao. Onder Afdeling terdiri dari distrik Talu dan Distrik Air Bangis. Distrik Lubuk Sikaping terdiri dari ; Onder Distrik Lubuk Sikaping dan Onder Distrik Bonjol;
-             Distrik Rao Mapat Tunggul terdiri dari Onder Distrik Rao dan Onder Distrik Silayang;
-             Distrik Talu terdiri dari Onder Distrik Talu dan Onder Distrik Suka Menanti dan ;
-             Distrik Air Bangis terdiri dari Onder Distrik Air Bangis dan Onder Distrik Ujung Gading.
Sesudah Kemerdekaan Onder Afdeling Agam Tuo dan Maninjau digabung menjadi Kabupaten Agam dan Onder Afdeling Lubuk Sikaping dan Ophir dijadikan satu susunan pemerintahan menjadi Kabupaten Pasaman dan dibagi menjadi 3 Kewedanan yaitu :
1.        Kewedanan Lubuk Sikaping
2.        Kewedanan Talu
3.        Kewedanan Air Bangis.
Dengan pusat Pemerintah Kabupaten Pasaman di Talu. Pada bulan Agustus 1947 sewaktu Basyrah Lubuk Sikaping menjadi Bupati Pasaman maka Ibu kota Kabupaten Pasaman dipindahkan ke Lubuk Sikaping.
Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam percepatan pelayanan pemerintahan, maka wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pasaman dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah pemerintahan Kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 yaitu Kabupaten Pasaman dengan Kabupaten Pasaman Barat.
2.     Hari Jadi Kabupaten Pasaman
Melihat dari perkembangan pembentukan Kabupaten Pasaman dari zaman Belanda hingga zaman Kemerdekaan, maka dibentuk suatu Tim untuk merumuskan hari jadi Kabupaten Pasaman.
Dengan mengacu pada perkembangan sejarah, dalam menjalankan roda pemerintahan, pernah dikeluarkan Keputusan Residen Sumatera Barat Nomor R.I/I Tanggal 8 Oktober 1945 menetapkan sebagai berikut “ Luhak Kecil Talu : Abdul Rahman Gelar Sutan Larangan “
Mengacu pada keputusan tersebut, Tim yang dibentuk merumuskan dan DPRD Kabupaten Pasaman mengeluarkan keputusan Nomor 11 / KPTS / DPRD / PAS / 1992 tanggal 22 Pebruari 1992 yang dilanjutkan dengan Surat Keputusan Bapati Pasaman Nomor 188.45/81/BUP-PAS/1992 tanggal 26 Februari 1992, maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal 8 Oktober 1945.
3.     Lambang Kabupaten Pasaman
I. Lambang Pemerintah Kabupaten  Pasaman yang Baru

Logo daerah berbentuk perisai yang sebelah bawah lancip dan sebelah atas kanan dan  kiri  mempunyai  lekuk  yang  berujung,  masing-masing  membentuk  dua  sudut dengan  warna dasar hijau muda yang garis pinggirnya berwarna hitam.

a. Arti Bentuk Lukisan, Warna-warna dan motto dalam logo daerah
  • Arti Bentuk
1.   
Bentuk perisai bersudut lima adalah melambangkan kekuatan pertahanan dan simbol perlindungan terhadap masyarakat;
2.   
Bentuk lingkaran juga simbol kebulatan tekad untuk selalu setia Kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.;

  • Arti gambar dan Lukisan
1.   
Lingkaran merah putih melambangkan bahwa Pasaman ádalah bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2.   
Bukit barisan bergelombang merupakan simbol bahwa Pasaman merupakan daerah yang terletak di dataran tinggi dengan bukit barisan melintas di sepanjang wilayahnya, Pasaman, melambangkan keteguhan dan ketenangan masyarakat Pasaman;
3.   
Rumah adat bagonjong limo melambangkan sifat dasar masyarakat minangkabau yang menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sesuai dengan dasar falsafah negara Pancasila dan atap melengkung dengan gonjong runcing ke atas melambangkan sifat dinamis dan bekerja keras dalam mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur, serta melambangkan kulturalbudaya minangkabau yang berlandaskan adat basandi sara’, sara’ basandi kitabullah;
4.   
Kubah masjid melambangkan agama mayoritas masyarakat Kabupaten Pasaman dalam rangka membentuk spritual yang suci, bersih dan berbudi luhur
5.   
Globe atau bola dunia dan garis mendatar warna merah adalah simbol bahwa Kabupaten Pasaman merupakan daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator);
6.   
Padi dan Kapas memiliki makna masyarakat Kabupaten Pasaman yang makmur, sejahtera, berkecukupan sandang dan pangan;
7.   
Ikatan yang mengikat padi dan kapas melambangkan ikatan erat tali silaturahmi antar anggota masyarakat Kabupaten Pasaman dalam meningkatkan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang;
8.   
Empat puluh lima butir Padi, sepuluh buah kapas dengan delapan ikatan melambangkan hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal delapan bulan oktober tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima.

  • Arti Motto
Motto “SAIYO” pada hakikatnya melambangkan kemufakatan dalam melaksanakan  putusan, juga secara harfiyah dikembangkan dalam arti :

S      
=      
Sehat    
A
=
Aman
I
=
Indah
Y
=
Yakin
O
=
Optimis


  • Arti gambar dan Lukisan

1.   
Warna hijau sebagai baground utama memiliki makna sebagai unsur berkembang, bahwa masyarakat Kab. Pasaman akan selalu tumbuh berkembang mengikuti perkembangan jaman, hijau juga berarti kesuburan dan harapan masa depan yang baik;
2.   
Warna kuning/kuning emas berarti agung dan mempunyai makna masyarakat Kabupaten Pasaman menjaga kerukunan dan kemuliaan akhlaq;
3.   
Warna biru dimaknai jiwa masyarakat Kab. Pasaman yang cinta damai, optimis meraih harapan. Biru juga melambangkan kemajuan teknologi;
4.   
Merah berarti berani;
5.   
Putih berarti suci dan bersih;
6.   
Hitam berarti tabah, ulet dan abadi.



II. Lambang Pemerintah Kabupaten  Pasaman yang Lama



Lambang Kabupaten Pasaman adalah berbentuk perisai segi lima yang merupakan lambang Ketahanan Kabupaten Pasaman yang berotonom dalam Lingkungan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dari lambang Pasaman tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
a.         Gunung, Gunung berpuncak dua adalah ciri-ciri khas daerah Pasaman yaitu Gunung Pasaman dan Talamau.
b.        Balai Adat, melambangkan menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan sesuai dengan dasar falsafah negara Indonesia.
c.         Atap melengkung dengan gonjong runcing ke atas yang melambangkan sifat dinamis, bekerja keras dalam mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur.
d.        Menara Mesjid melambangkan Agama mayoritas masyarakat Kabupaten Pasaman dalam rangka membentuk spiritual yang suci dan bersih budi luhurnya.
e.         Gelombang air laut melambangkan kehidupan dinamis masyarakat Kabupaten Pasaman.
4.     Motto Kabupaten Pasaman
Motto Kabupaten Pasaman yaitu “ SAIYO “ yang melambangkan suatu mufakat dalam melaksanakan keputusan.  Adapun singkatan dari Motto Kabupaten Pasaman yaitu :

Sehat Aman Indah Yakin Optimis

5.   Arti dan Warna Lambang Kabupaten Pasaman
Warna yang terdapat dalam lambang Pasaman mempunyai arti tersendiri yaitu :
Hijau Muda     =     Harapan masa depan yang baik
Biru Muda        =     Kesuburan
Kuning Emas   =     Agung
Merah                =     Berani
Hitam                 =     Tabah, Ulet dan Abadi
Putih                   =     Bersih
6.     Nama-nama Bupati Pasaman
Nama Bupati Pasaman dan Masa Kepemimpinannya, antara lain :
1)           Darwis Taram Dt Tumanggung.      (1946 s/d 1947)
2)           Basrah Lubis                                        (1947 s/d 1949)
3)           Sutan Bahrumsyah                             (1950 s/d 1951)
4)           Am Jalaluddin                                                 (1951)
5)           Syahbuddin Latif Dt Bungsu                        (1951 s/d 1954)
6)           A. Muin Dt Rangkayo Marajo           (1954 s/d 1955)
7)           Marah Amir                                         (1955 s/d 1958)
8)           Johan Rifa’ i                                         (1958 s/d 1965)
9)           Bongar Sutan Pulungan, SH            (1965 s/d 1966)
10)       Drs. Zainoen                                        (1966 s/d 1975)
11)       Drs. Saruji Ismail                                  (1975 s/d 1985)
12)       Rajuddin Noeh, SH                             (1985 s/d 1990)
13)       H. Taufik Martha                                 (1990 s/d 2000)
14)       Drs. Baharuddin R, MM                     (2000 s/d 2005)
15)       H. Benny Utama, SH, MM                 (2005)
16)       H. Yusuf Lubis, SH, M.Si                     (2005 s/d 2010)
17)       H. Benny Utama, SH, MM                 (2010 s/d sekarang)
7.     Geografis Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman merupakan salah satu dari 19 Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat dimana Kabupaten Pasaman mempunyai luas wilayah 3.947,53 Km2 yang terdiri dari 12 Kecamatan dan 32 Nagari.
Secara geografis Kabupaten Pasaman dilintasi oleh garis khatulistiwa yang berada pada  00 55’ Lintang Utara sampai dengan 00 06’ Lintang Selatan dan 990 45’ Bujur Timur sampai dengan 1000 21‘ Bujur Timur dengan ketinggian antara 50 meter sampai dengan 2.912 meter diatas permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Pasaman merupakan wilayah atau Kabupaten paling Utara dari Propinsi Sumatera Barat yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara      :    Kabupaten  Mandailing Natal dan
                                     Kabupaten Padang Lawas Prop. Sumut.
Sebelah Timur      :    Kabupaten Rokan Hulu Prop. Riau dan
                                     Kabupaten Lima Puluh Kota.
Sebelah Selatan   :    Kabupaten Agam.
Sebelah Barat      :    Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan luas lahan yang tersedia di Kabupaten Pasaman yaitu seluas 394.763 Ha diantaranya 48,24 % adalah kawasan hutan, 19,07 % atau 75.274 Ha merupakan padang rumput, persawahan 26.531,32 Ha atau 6,72 %, 41.445,94 Ha atau 10,50 % merupakan lahan perkebunan dan ladang sedangkan untuk kawasan industri relatif sedikit yaitu 0,01 % dari luas wilayah Kabupaten Pasaman.


BAB III
SEJARAH KECAMATAN
SE-KABUPATEN PASAMAN

1.     Kecamatan Tigo Nagari 
Pada dahulu yang bermula dari musyawarah dan mufakat ninik mamak dan Tokoh Masyarakat se Kecamatan Tigo Nagari dimana untuk memajukan serta  pembangunan dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat maka diusulkan kepada Pemerintah Kabupaten untuk diadakan pemekaran dimana dahulu Perwakilan Kecamatan Bonjol menjadi Kecamatan Baru. Dari musyawarah tersebut untuk pemberian nama Kecamatan yang baru tersebut ada beberapa usulan untuk nama Kecamatan antara lain : Kecamatan Malabin, Kecamatan Saliran Batang Patimah, Kecamatan Batang Patimah, Kecamatan Batang Masang dan Kecamatan Tigo Nagari. Dari sekian usulan nama Kecamatan yang diusulkan oleh Ninik Mamak dan Tokoh Masyarakat yang berada pada daerah pemekaran kecamatan tersebut maka diambillah keputusan untuk pemberian nama Kecamatan yang tepat yaitu TIGO NAGARI dimana di Kecamatan yang baru tersebut terdapat tiga Nagari yaitu Nagari Binjai, Nagari Ladang Panjang dan Nagari Malampah.



2.       Kecamatan Simpang Alahan Mati

Kecamatan Simpang Alahan Mati adalah sebuah Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Bonjol. Ide ini timbul karena adanya pemekaran Kecamatan Sungai Beremas dimana masyarakat perantau yang berada di daerah Sungai Beremas pulang untuk memusyarawarahkan rencana pemekaran Kecamatan Bonjol. Didalam musyawarah tersebut dapat sebuah kesepakatan untuk membuat sebuah Kecamatan yang diberi Nama Kecamatan Simpang Alahan Mati yang berada di Kapung Kadok Jorong Tigo Kampuang Nagari Simpang. Kecamatan Simpang Alahan Mati sering disebut dengan Kecamatan Simpati.






3.       Kecamatan Bonjol



 




Dari informasi yang didapat dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak kecamatan Bonjol, bahwa kata Bonjol berasal dari kata bahojo yang mempunyai arti dimana pasukan belanda tidak dapat memasuki daerah yang dipimpin oleh Peto Syarif (Tuanku Imam Bonjol).
Dari kata bahojo tersebut maka disempurnakanlah oleh para tokoh masyarakat beserta Ninik Mamak menjadi kata Bonjol.
Berangkat dari sejarah penamaan tersebut, maka seorang Peto Syarif yang menjadi pejuang dalam melawan penjajahan dinobatkan sebagai Tuanku Imam Bonjol.

4.       Sejarah Kecamatan Lubuk Sikaping.


Kalau kita berbicara mengenai  sejarah Lubuk Sikaping perlu melihat perkembangan dari Luhak Nan Tigo, sebab  ada sangkut pautnya dengan perkembangan dari Luhak tersebut karena  Lubuk Sikaping adalah salah satu dari Luhak Agam .
Melihat asal usul dari penduduk perkampungan yang berada di Lubuk Sikaping ini adalah berasal dari Kerajaan Pagaruyung melalui Luhak Agam dimana salah satu kaum yang bernama Rajo Syahbandar dan Adik perempuannya yang bernama Putri Intan Beludu yang bersuk Jambak dan seorang lagi yang bernama Sutan Nuralam dan Kakaknya bernama Puti Sangka Bulan yang bersuku Mandailing. Mereka adalah beripa-bisan.Mereka beserta rombongan dalam pembentukan Luhak Agam peringkat kedua yang terus berjalan meninggalkan Luhak Agam melalui bukit barisan (bukit gadang melalui pasar datar dan turun pada suatu tempat yang bernama Pincuran Ruyung) yang sekarang adalah dalam kelarasan Sundatar. Dari sana mereka berangkat meninggalkan tempat untuk menuju suatu tempat mereka akan membuat perkampungan yaiu mereka namakan Banio Tinggi.
Setelah menetapkan tinggal di Banio Tinggi, maka Rajo Syahbandar kawin dengan Putri Sangka Bulan dan Sultan Nuralam kawin dengan Putri Intan Beludu dan selanjutnya sudah beberapa lama tingal di Banio Tinggi mereka mempunyai keturunan masing-masing dan Banio Tinggi sudah ramai, maka perkampungan Banio Tinggi telah berkembang yang selanjutnya Sutan Nuralam dengan Istrinya Intan Beludu berencana pindah ingin membuat sebuah perkampungan baru, maka mereka serombongan berangkat dari Banio Tinggi berjalan menyusuri hulu air batang sumpur. Mereka yang berangkat serombongan tersebut mereka namakan se Umpu. Dari dasar kata se umpu tersebut berlanjut sampai sekarang menjadi Batang Sumpur. Setelah  berjalan cukup lama, mereka bertemu sebuah bukit yang menyerupai perkuburan. Ditempat tersebutlah mereka berhenti untuk istirahat minum,  makan dan makan sirih. Sewaktu makan sirih tersebut jatuh tutup kapuran sadah ke dalam sebuah lubuk sebelah bukit kubua panjang yang sangat dalam. Dengan jatuhnya tutup kapur sadah tersebut,  maka mereka menyebut  jatuh sakapiang (sekeping) dan berlanjut menjadi Lubuk Sikaping sampai sekarang, dimana menjadi ibukota Kecamatan Lubuk Sikaping dan sebagai Ibu Kota Kabupaten Pasaman .


5.       Kecamatan Panti



Penamaan Panti berasal dari Kata pantai karena menurut para tokoh masyarakat dan ninik mamak Panti, Nagari Panti ini seperti sebuah pantai yang luas sehingga apabila ingin melihat pantai dapat dilihat dari kampung maninjau  panti. Kata pantai tersebut lama kelamaan menjadi Panti karena memang wilayah Panti tak memiliki Pantai, Cuma daerah Panti menyerupai pantai sehingga berubahlah kata pantai tersebut menjadi PANTI.

6.       Kecamatan Dua Koto


Dahulu Kecamatan Dua Koto ini terdiri dari dua Nagari yaitu Nagari Cubadak dan Nagari Simpang Tonang. Beranjak dari dua nagari inilah maka diambil kesepakatan bahwa untuk penamaan Kecamatan didasarkan pada Dua nagari ini, maka diberilah nama Dua Koto.

7.       Kecamatan Padang Gelugur
Berasal dari Kata Asam Gelugur dan Ilalang. Daerah padang gelugur dahulunya tumbuh sebatang pohon asam gelugur yang didampingi oleh tumbuh suburnya padang ilalang yang tingginya hampir menyamai tinggi pohon asam gelugur tersebut.

8.       Kecamatan Rao

Menurut informasi dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak Kec. Rao, pada dahulunya daerah rao merupakan daerah yang mempunyai rawa-rawa yang luas. Oleh karena semakin lama semakin banyak penduduk yang mendiami daerah disekitar rawa-rawa tersebut maka para ninik mamak dan tokoh masyarakat bermusyawarah untuk membuat suatu penamaan daerah yang mereka tempati dengan nama dari rawa-rawa disempurnakan menjadi RAO.
9.       Kecamatan Rao Selatan
Kecamatan Rao Selatan  merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul (Rao MT) sehingga sejarah penamaan Keccamatan Rao Selatan berasal dari kata rawa yang terletak sebelah selatan dari Kecamatan Rao.

10.     Kecamatan Rao Utara
Berasal dari kata Rawa yang terletak sebelah utara Kecamatan Rao. Kecamatan Rao Utara merupakan pemekaran Kecamatan Rao Mapat Tunggul bersama dengan Kecamatan Rao Selatan.


11.     Kecamatan Mapat Tunggul

Kecamatan Mapat Tunggul Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang sebelumnya juga merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Pada zaman dahulu masyarakat Kecamatan Mapat Tunggul suka berladang berpindah-pindah. Kata Mapat Tunggul berasal dari kata Mapat dan Tunggul. Mapat yang berasal dari Bahasa Minang berarti mamapek atau memotong/menebang sedangkan Tunggul adalah kayu bekas penebangan.

12.     Kecamatan Mapat Tunggul Selatan

Kecamatan Mapat Tunggul Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang sebelumnya juga merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Masyarakat Kecamatan  Mapat Tunggul Selatan pada zaman dahulu merupakan petani dengan sistim perladangan berpindah. Setiap selesai musim panen mereka akan meninggalkan  ladangnya dan mencari lahan baru untuk ditebang/dipotong/dipapek dan dibersihkan menjadi ladang yang baru. Mapat Tunggul Selatan berasal dari Kata MAPAT, TUNGGUL dan SELATAN yang dalam bahasa Minang Mapat berarti “mamapek” berarti menebang atau memotong sedangkan Tunggul yang artinya adalah “sisa kayu bekas penebangan” sedangkan Selatan berarti letaknya didaerah bagian selatan.


BAB IV
SEJARAH NAGARI DALAM
KABUPATEN PASAMAN

1.        Nagari Malampah
Untuk sejarah pemberian nama nagari ini juga terdapat beberapa versi pendapat, antara lain :
a)    Pendapat pertama mengatakan bahwa : nagari malampah berasal dari “ MALAM “ dimana peristiwa ini terjadi pada abad ke 9 perjalanan masehi, mengapa dikatakan Malam, karena pada masa itu belum ada wilayah nagari malampah ini dihuni oleh manusia sehingga keadaanya gelap (kelam) atau masih terdapatnya rimba raya (hutan belantara) atau dengan istilah lainnya “ belum ada api dan belum ada manusia” atau menurut rangkaian kata yang sering didengar yaitu “ sabalun alu baralun, samaso ba ayam kuau, bakambiang kijang badeta upaih “ maka nama daerah ini adalah malam. Kata malam ini diberikan oleh orang-orang yang melewati daerah ini. Dan pada abad ke 13 masuklah Agama Islam ke Ranah Minang Kabau. Yang membawa ajaran Islam ini atau ajaran kebenaran berupa “ Patuah, Amanah  dan Hukum” oleh orang-orang yang melewati daerah ini. Orang-orang yang melewati daerah ini menemukan Petuah yang dipahatkan di Batang Kayu ditengah hutan. Petuah ini berupa petunjuk-petunjuk ringkas, misalnya gambar panah yang menunjukan suatu daerah. Dari petunjuk-petunjuk tersebut lama-kelamaan petuah ini dipercaya (Amanah) oleh orang-orang yang melewati daerah ini dan kalau tidak dipatuhi atau diindahkan maka akan terjadi kesesatan (Hukum). Setelah adanya Petuah, Amanah dan Hukum maka disempurnakan kata Malam tadi menjadi “ Malampah
b)    Pendapat kedua  mengatakan : bahwa penduduk yang ada di Malampah sekarang ini berasal dari keturunan Raja di Pagaruyung. Dalam cerita atau pameo, Mandah Hilang adalah seorang Puti dari Pagaruyung yang pergi merantau jauh. Dalam perjalan merantaunya tersebut ternyata Puti menempati daerah pasaman. Kepergian Puti dicari oleh Raja dari Pagaruyung dan mereka bertemu di Malampah. Mereka inilah yang berkembang sampai sekarang sehingga mereka mempunyai  aturan kehidupan artinya mereka hidup dan mencari didaerah ini.
Sampai pada sekarang menjadi pameo oleh masyarakat Malampah “ Adaik Lamo Pusako Usang, Adaik Salingka Nagari  yang dinamakan Basa Khutub, Ulu Tompek Muaro Gunuang, Indak Bahulu ka Gunuang, Indak Bamuaro Ka Lauik, Buek Abih Kato Sudah yang artinya adalah segala sesuatu yang mencari perencanaan, perbuatan datau permasalahan dapat dibuat dikerjakan atau diselesaikan oleh orang-orang yang ada di Malampah tidak meminta pendapat atau melaporkannya keluar dari Malampah.
c)      Pendapat Ketiga mengatakan bahwa : asal usul dari penduduk yang ada di Malampah sekarang berawal dari Pagaruyung menuju rantau Pasaman, sampai pada sebuah sungai mereka menemukan ikan yang sangat banyak dalam sungai tersebut.  Dimana dalam dialek atau bahasa yang digunakan alah “ Malampa Ikannyo “ atau Ikannya banyak sehingga sungai yang ditemukan tersebut dinamakan Sungai atau Batang Malampa. Pada masa itu belum ada pedoman atau ketentuan dan hukum bagi orang yang menghuni Negeri ini dimana lama kelamaan mereka tumbuh dan berkembang sehingga terbentuk sebuah perkampungan. Dalam perkampungan tersebut mereka membuat pedoman atau aturan dimana barang siapa yang melanggar pedoman atau aturan yang telah dibuat akan mendapat siksaan (hukuman). Setalah pedoman atau aturan ini ada dan mereka telah melaksanakannya baru mereka memberi nama perkampungan mereka dengan nama MALAMPAH
2.       Nagari Binjai
Menurut informasi yang diapat melalui Ninik Mamak dan Tokoh Masyarakat Kenagarian Binjai, bahwa pada dahulunya tumbuh sebatang pohon kayu yang sangat besar di dalam kampung yang konon kabarnya getah yang keluar dari batang pohon tersebut mempunyai bisa yang dapat membuat orang gatal-gatal. Masyarakat kampung binjai tersebut menamakan pohon yang tumbuh didalam kampung mereka dengan Pohon Binjai.
Oleh karena kampung tersebut belum mempunyai nama, maka berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat masyarakat kampung tersebut menamakan kampung mereka dengan nama Kampung Binjai.
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin hari kampung tersebut semakin ramai sehingga terbentuklah sebuah kampung yang besar dan banyak penghuninya dan dari situlah mereka menamakan kampung mereka sesuai dengan asal pohon kayu yang tumbuh tersebut yaitu Nagari Binjai.
3.        Nagari Ladang Panjang
Menurut hikayat/ cerita dari para tokoh masyarakat kenagarian Ladang Panjang bahwa pada masa dahulunya daerah ini cukup subur dimana disebelah timurnya dikelilingi oleh bukit dan dibelah oleh sungai yaitu Sungai Air Batang Patimah. Sebagian lagi daerahnya berupa daerah dataran. Di nagari Ladang Panjang ini didiami oleh masyarakat yang berasal dari Kecamatan yang berada di Kabupaten Pasaman dan daerah sekitarnya. Kehidupan dari masyarakat ini hidup dengan rukun dan damai. Ekonomi pencarian masyarakat pada masa itu hanyalah berladang padi yang berkepanjangan (selalu) dimana sawah pada masa itu belum ada, maka dari keadaan dan situasi seperti itulah masyarakat yang mendiami daerah ini memberi nama NAGARI LADANG PANJANG
4.        Nagari Simpang
Nama Nagari Simpang diambil dari sejarah waktu membuka lahan pertanian dan perkampungan, dimana sewaktu pembukaan lahan tersebut terjadi pembukaan lahan yang yang beralur-alur atau terdapat bersimpang-simpang sehingga daerah yang baru dibuka tersebut diberi nama Daerah Simpang. Simpang adalah persimpangan.
5.        Nagari Alahan Mati
Menurut cerita dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak pada Kenagarian Alahan Mati dahulu terdapat daerah yang sangat subur dikelilingi oleh perbukitan dan dialiri oleh sungai yang jernih dan berliku-liku. Disungai tersebut banyak terdapat ikan dan didaratan sungai tersebut bermukim sekelompok masyarakat yang hidup rukun dan damai yang konon berasal dari daerah Batu Sangkar. Masyarakat tersebut mempunyai lokasi pemeliharaan ikan yang mereka menyebutnya dengan Alahan. Alahan adalah  sebuah isilah untuk melarang masyarakat untuk mengambil ikan tersebut sebelum waktu yang diperbolehkan untuk diambil. Dimana dari hasil Alahan tersebut mereka pergunakan untuk kegiatan musyawarah.  Pada suatu waktu terjadi bencana alam banjir dan lon sor yang besar dari hulu sungai sehingga semua alahan yang dibuat oleh masyarakat tersebut terkena oleh benacan tersebut sehingga tidak dapat difungsikan lagi. Apabila sering terjadi banjir dan air sungai yang menjadi kecil atau mati, masyarakat menyebutnya Alahan Lah Mati yang lama kelamaan kata tersebut biasa mereka sebut dengan Alahan Mati yang kemudian mereka jadikan nama pemukiman mereka atau Nagari mereka.

6.        Nagari Limo Koto
Pada zaman dahulu masyarakat yang yang tinggal di perkampungan limo koto ini  mempunyai 5  suku yaitu ; Tanjung, Koto, Melayu, Pili dan Caniago. Atas dasar kesepakatan maka diberilah nama perkampungan tersebut Limo Koto yang artinya terdapat lima suku yang mendiami  perkampungan tersebut.
7.        Nagari Ganggo Hilia.
Pada dahulu sebelum terjadinya perang padri yang dipimpin oleh Peto Syarif yang dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol terjadi pembagian wilayah oleh Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat di suatu daerah yang mana daerah tersebut dibagi menjadi 2 (dua) bagian.  Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat sepakat menentukan satu titik untuk nenetukan daerah yang akan dibagi yang kemudian menjadi daerah hilir dan daerah mudik. Pada saat itu salah seorang Tokoh Masyarakat beserta Ninik Mamak menyebutkan bahwa “ Hinggo Ka Hilia “. Dari kesepakatan itulah mereka menyempurnakan kata Hinggo tersebut menjadi kata GANGGO, sehingga mereka menamakan daerah tersebut dengan Nama  GANGGO HILIA yang kemudian menjadi nama nagari sampai sekarang.
8.        Nagari Ganggo Mudiak
Pada dahulu sebelum terjadinya perang padri yang dipimpin oleh Peto Syarif yang dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol terjadi pembagian wilayah oleh Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat di suatu daerah yang mana daerah tersebut dibagi menjadi 2 (dua) bagian.  Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat sepakat menentukan satu titik untuk nenetukan daerah yang akan dibagi yang kemudian menjadi daerah hilir dan daerah mudik. Pada saat itu salah seorang Tokoh Masyarakat beserta Ninik Mamak menyebutkan bahwa “ Hinggo Ka Mudiak “.Dari kesepakatan itulah mereka menyempurnakan kata Hinggo tersebut menjadi kata GANGGO, sehingga mereka menamakan daerah tersebut dengan Nama  GANGGO MUDIAK yang kemudian menjadi nama nagari sampai sekarang.
9.        Nagari Koto Kaciak
Berasal dari sebuah perkampungan yang kecil. Kampung kecil tersebut lama kelamaan berkembang dan dihuni oleh banyak penduduk. Dari perkembangan kamoung tersebut, para tokoh masyarakat dan ninik mamak menyepati untuk pemberian  nama kampung mereka dengan nama  KOTO KACIAK.
10.     Nagari Tanjung Beringin
Menurut hikayat/cerita yang didapat dari tokoh masyarakat, ninik mamak Kenagarian Tanjung, dahulu terjadi  perang adat yang mana mereka melarikan diri ke rimba (hutan). Dalam pelarian mereka menemukan satu daerah untuk perlindungan  mereka atau tempat KALUA E, begitu orang sering menyebutnya pada waktu itu yaitu TAMPEK KALUA E (Tempat Keluarnya) karena daerah itu aman dan sejuk maka mereka membuat pemukiman untuk tempat tinggal dengan sebutan KALUAI. Beberapa waktu kemudian tumbuhlah  sebatang  pohon beringin yang rindang di ujung tanjung (daerah ketinggian diantara dua batang aia/sungai), pohon beringin tersebut digunakan masyarakat untuk tempat berteduh yang lama kelamaan mereka menyebut nama pemukiman mereka dari kata Kaluai menjadi Tanjung Beringin  dan masih disebut sampai sekarang
11.     Nagari Jambak
Pada dahulunya menurut hikayat dan cerita tokoh masyarakat Nagari Jambak, mula-mulanya satu kaum yang datang dari pagaruyuang yang bernama rajo Syahbandar dan adiknya perempuan yang bernama Intan Beludu dan bersuku jambak satu lagi Sutan Nurul alam dan Puti sangkar bulan yang bersuku mandahiling melalui bukit gadang dan turun pada satu tempat  yang bernama pancuran ruyung yang sekarang adalah kelarasan sundatar dari sana mereka berangkat meninggalkan tempat akan membuat perkampungan yang mereka namakan banio tinggi, setelah lama menetap di banio tinggi maka rajo Syahbandar kawin dengan putri sangkar bulan dan Sultan Nurul alam dan Puti Intan beludu, pindah membuat perkampungan baru mereka berangkat serombongan yang berjalan menelusuri hulu sungai batang sumpur  dan tibalah di sebuah bukit kecil yang berbentuk kuburan yang bernama kubua panjang lalu istirahat minum dan makan sirih jatuh lah tutup kapur sadahnya kedalam lubuk yang sangat dalam mereka menyebut jatuh nya sekaping maka berlanjut menjadi Lubuk Sikaping setelah selesai istirahat  mereka melanjutkan perjalanan kearah barat menyeberangi batang sumpur  dan sampai lah pada satu tempat yang mereka beri nama bukit sangkar puyuh yang sekarang disebut Nagari Jambak.
12.     Nagari Durian Tinggi
Ada sekeluarga (kaum) datang dari sikaduduk Rao,menemui Datuk Majo Indo di Pauh Ujuang Tanjuang bersuku orang tersebut di jadikan anak Sako oleh Dt. Majo Indo, maka mufakatlah Dt. Majo Indo dengan Dt. Basa untuk mencarikan tempat yaitu Durian Tinggi, karena itu daerah tersebut ada sebatang Durian yang amat Tinggi, mereka  di beri Sako Dt. Majo  Batuah.
13.     Nagari Pauah
Nama Pauah berasal dari nama jenis tanaman pohon yang berbuah asam yang  sangat dogemari. Konon dahulunya banyak pohon ini tumbuh subur dan mempunyai batang yang sangat besar-besar. Atas kebiasaan inilah nenek moyang masyarakat nagari memakai dan tutur bahasa Pauah. Nenek Moyang Nagari Pauah Cantik dan Molek yang sampai sekarang masih mempunyai Kampung Tua yang dikelilingi oleh Bukit Gadang (Bukit Barisan) dan Bukit Kaciak (Bukit Kecil) Nagari Pauah memiliki Induak  Nan  Salapan yaitu :
1.      Urang Tuo Batigo (Datuak Majoindo, Datuak Bandaro (kemenakan dari Datuak Majoindo) dan Datuak Rajo Batembang (Anak menurut Adat yang berlaku piliang).
2.      Mamak Sara (Imam Khatib Rajo, Imam  Marajo, Khatib Bagindo Ali)
3.      Mamak Adat (Tuo Bainduak Koto, Tuo Bainduak Kampuang Paraweh, Tua Bainduak Rajo Manyusun, Tuo Bainduak Taluak Ambun, Tuo Bainduak Khatib Rajo, Tuo Bainduak Sutan Kumalo, Tuo Bainduak Piliang dan Tuo Bainduak Kampuang Ateh)
Puti Sangka Bulan adalah Nenek Moyang Nagari Pauah (Cantik dan Molek), Ketrurunan inilah adalah bersuku Mandahiling, Suami Rajo Syahbandar yang berasal dari keturunan Luhak Agam Pagaruyuang, sepanjang Adat Nagari Pauh hanya ada 2 suku yaitu suku Mandahiling dan piliang.Ketika berlakunya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintah Nagari yang aplikasinya tahun 1983, 3 jorong tersebut merupakan system  pemerintahan terendah yakni pemeritah Nagari, sedangkan, Nagari Pauh merupakan kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang di kelola oleh Kaum Adat.  Setelah di berlakuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi peluang kepada Daerah untuk mengatur pemerintahan  terdepan sesuai dengan kreatifitas masing-masing provinsi sumatra barat di tetapkan system pemerintahan terdepan yaitu pemeritahan Nagari yang diatur dalam pemerintahan Daerah propinnsi Sumatra Barat Nomor 09 Tahun 2000, sehingga pemerintahan tersebut dinamakan dengan Nagari dan dalam pelaksanaannya bernuansa fisikolofi “ Adat Basandi Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah”
14.     Nagari Aia Manggih
Menurut cerita turun temurun yang sudah melengenda ditenagah-tengah masyarakat Nagari Aia Manggih, Nagari Aia Manggih telah didiami lebih kurang 4 abad yang lalu bersama datangnya VOC di Indonesia. Dimasa perpindahan penduduk di alam Bahasa Minang Kabau dalam perluasan daerah dan mencari tempat tinggal yang baru. B ermula dari pendatang pertama  yang datang dimana terdapat sebatang pohon manggih (Manggis) yang sangat besar berdaun lebat dan rimbun dan berbuah sangat banyak yang tumbuh ditepi batang air (Sungai) didataran yang subur di kaki bukit gadang (bukit barisan). Ditempat itu mereka   berrmula bermukim sehingga dinamai daerah tersebut Batang Aia Manggih (Batang Air Manggis) yang konon menurut sejarah dari para orang tua-tua, pendatang pertama tersebut berasal dari Utara Nagari Lasuang Batu Suku Mandah Nan Hilang ( Mandahiling ) yang kemudian bertambah menjadi 4 Kampung yaitu ; Ambacang Anggang, Rumah Nan XXX, Kampung Nan VI dan Padang Sarai yang dipimpin oleh Pucuk Adat yang bergelar DATUAK SATI.
15.     Nagari Sundata
Menurut cerita/hikayat dari  Tokoh Masyarakat  Nagari Sundata berawal dari kedatangan seorang Raja yaitu seorang Raja Syahbandar yang turun dari Kerajaan Pagaruyung Ujung Darek Kapalo Rantau dan Raja tersebut mencari dataran tinggi yang belum ada penghuninya sama sekali, supaya di dataran tinggi tersebut anak cucu  raja tersebut dapat tinggal dan menetap sehingga dinamakanlah Banio Tinggi.
Dengan berkembangnya cucu serta kemenakan dari Raja tersebut, maka mulailah mereka berusaha untuk mencari nafkah hidup bagi keluarga dan seluruh dataran yang ada mereka tanami dengan tanaman yang bernama DASUN. Maka sejauh mata memandang dataran-dataran tersebut penuh dengan tanaman Dasun sehingga dinamailah dengan Sundata (Tanaman Dasun Yang Datar).
16.     Nagari Panti
Penamaan Panti berasal dari Kata pantai karena menurut para tokoh masyarakat dan ninik mamak Panti, Nagari Panti ini seperti sebuah pantai yang luas sehingga apabila ingin melihat pantai dapat dilihat dari kampung maninjau  panti. Kata pantai tersebut lama kelamaan menjadi Panti karena memang wilayah Panti tak memiliki Pantai, Cuma daerah Panti menyerupai pantai sehingga berubahlah kata pantai tersebut menjadi PANTI.
17.     Nagari Simpang Tonang
Menurut informasi yang didapat dilapangan, bahwa pada dahulunya terdapat sebuah persimpangan yang dihuni oleh beberapa kepala keluarga yang hidup rukun, damai dan tenang.
Karena lama kelamaan daerah yang mereka huni bertambah penduduknya dan semakin ramai maka para ninik mamak dan pemuka masyarakat yang menghuni daerah persimpangan tersebut sepakat untuk memberi nama mereka dengan nama Simpang yang Toang (Simpang yang tenang).
Untuk menyempurnakan penamaan daerah mereka, maka Simpang yang tonang tersebut mereka sempurnakan lagi menjadi Sipmang Tonang yang mana artinya adalah Sebuah persimpangan yang tenang.
18.     Nagari Cubadak
·         Fersi I   :    Berasal dari sebuah nama buah-buahan yaitu cubadak yang bergetah banyak. Cubadak ini dalam bahasa indonesia adalah Nangka dimana Nangka ini  cukup banyak mengandung getah.
·         Fersi II   :    Nagari ini memiliki ciri khas tersendiri, yang tidak dimiliki oleh nagari lain. Penduduknya mayoritas Mandahiling. Bahasa yang digunakan Bahasa Mandahiling pula dengan logat terkenalnya kanen. Sementara dalam adatnya mereka memakai adat Minang Kabau.
Dalam sistem perkawinan memakai adat sumando. Hal ini sejarahnya diawali dari Pemerintahan pertama Raja Sontang beserta kaumnya di koto tinggi terletak 1,5 Km dari Ulu Sontang sekarang.
Raja pertama bernama Raja Gunung Maleha di Koto Tinggi selanjutnya Raja Sipahutar, kemudian Raja Labiah dan barulah sejak itu bernama Raja Sontang.
Raja-raja ini beserta kaumnya berbahasa Mandahiling dan adat istiadatnya Manjujur yaitu mengambil garis keturunan dari Bapak. Kata Sontang berasal dari kata Ontang yang berarti yang dibawa bersama-sama dan kemudian berubah menjadi kata Sontang dan rajanya pada waktu itu disebut Raja Sontang atau Raja yang disamakan.
Raja Sontang disamakan dgn Raja Lelo di Sikaduduk dan berubah adat istiadat menjadi adat istiadat Minang yang disaksikan oleh utusan khusus Raja Pagaruyung yang sengaja diutus kedaerah itu.
Dan merubah adat istiadat dari Manjujur keadat istiadat Minang yaitu Sumando sementara bahasanya tetap bahasa mandahiling dengan logat yang khas.
Perpindahan Raja Sontang ke Cubadak dimulai setelah mendapatkan daerah temuan baru oleh pegawai raja yang bernama Sigadumbang.
Bukit Sontang yang kemudian bernama Cubadak seterusnya Simpang Tonang, Silalang, Lanai Sinuangon dan lainnya.
Karena wilayah baru lebih luas dari wilayah Sontang maka Tengku Raja Sontang pindah ke Cubadak. Maka jadilan Cubadak sebagai perkampungan besar, saat ini dengan jumlah penduduk 14.357 jiwa.
Namun demikian Raja Sontang tetap datang ke Sontang. Saat ini yang menjabat Raja Sontang bertempat tinggal di Pasar Cubadak. Karena Cubadak merupakan daerah temuan, maka Sontang adalah daerah “Natoras” dalam bahasa Indonesia artinya yang tua.
19.     Nagari Padang Gelugur
Berasal dari Kata Asam Gelugur dan Ilalang. Daerah ini dahulunya berupa ilalang yang sangat subur dimana disekitar padang ilalanmg tersebut tumbuh seb atang pohon asam gelugur. Ilalang yang tumbuh berdampingan dengan pohon asam gelugur ini tingginya hampir menyamai tinggi dari pohon asam gelugur tersebut. Berdasarkan hasil musyarawah para tokoh masyarakat dan ninik mamak maka diberikan nama untuk Nagari Padang Gelugur.
20.     Nagari Lansek Kadok
Dahulu ada sebuah daratan rendah dimana tumbuh dan hidup sebatang pohon lansek sejenis pohon buah-buah (duku) yang tumbuh berdampingan dengan pohon dodok. Pohon lansat yang tumbuh dekat pohon dodok tersebut sering buah walaupun tidak pada musimnya, dimana dibawah pohon lansat dan pohon dodok  tersebut pertama kali orang mendirikan sebuah rumah.

21.     Nagari Lubuk Layang
Dahulu terdapat sebuah lubuah (sungai yang dalam) atau sebuah pemandian bagi keluarga raja dilembah perkampungan dimana sungai tersebut mempunayi air yang sangat jernih sehingga kelihatan bebatuan yang terdapat pada dasar sungai tersebut. Lubuka atau sungai ini sangat te duh oleh pepohonan yang tumbuh disekitarnya. Diatas permukaan lubuak atau sungai ini sering beterbangan burung layang-layang. Penamaan Lubuak Layang ini terkenal karena Lubuak yang banyak burung layang-layangnya yang lama kelamaan masyarakat memberikan nama Lubuak Layang sehingga menjadi menjadi nama sebuah nagari yaitu LUBUAK LAYANG.
22.     Nagari Tanjung Betung
Dahulu terdapat sebuah tanjung yang menjorok yang banyak ditumbuhi oleh pohon betung. Bvetung adalah semacam pohon bambu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya untuk membuat pagar. Pohon bambu ini banyak tumbuh dan menjorok kearah tanjung sehingga masyarakat memberikan nama untuk nagari mereka Tanjung Betung.
23.     Nagari Padang Mentinggi
Nagari Padang Mentinggi adalah Taratak menjadi kampung, kampung menjadi Nagari, pada setiap kampung di tumbuhi Padang ilalang yang sangat   luas, di sini terlahir seorang manusia yang sangat Kiramat yaitu Tuaku Rao dan Bagindo Suman bertepatan di Jorong I Padang Mentinggi, dalam sejarah perjuangan Tuanku Rao dan Bagindo Suman melawan penjajahan kolonial Belanda dengan pola perang Paderi, pada waktu itu Tuanku Rao terkepung oleh pasukan Belanda, dalam situasi tersebut Tuanku Rao sulit keluar dalam kepungan pasukan Belanda, pada saat terkepungnya Tuanku Rao, maka tumbuhlan Padang Ilalang yang sangat tinggi sehingga sulit pasukan Belanda untuk menemukan Tuanku Rao, dan Tuanku Rao membangun benteng di tengah hamparan Padang Ilalang yang sangat luas tersebut. Maka  dibuatlah nama Nagari dari kata Padang Mentinggi.
24.     Nagari Tarung-tarung
Pada suatu waktu dizaman dahulu beberapa kelompok masyarakat yang berada diatas bukit Sijangkang yang mana diwaktu itu tidak ada untuk dimakan atau dibuat untuk di gulai atau untuk dibuat lauk pauk.  Dari situ mereka menemukan sebuah batang terong yang buahnya sangat besar. 
Dari beberpa orang dimasing-masing digulai dan dimakan tidak habis-habis. Berangkat dari penemuan tersebut mereka sepakat untuk memberi nama nagari atau daerah mereka TARUANG-TARUANG.
25.     Nagari Koto Rajo
Pemberian nama Koto Rajo berasal dari para raja yang berasal dari kerajaan Pagaruyung yang dijemput untuk disembah atau dijadikan Raja sehingga menjadikan te rmpat bermukimnya para raja tersebut. Adapun para raja yang dijemput dan disembah tersebut ada empat orang raja yaitu :
1.            Dt. Nachodo Rajo          ( Melayu )
2.            Dt. Majo Pari                  ( Ampu )
3.            Dt. Bandaro                    ( Kondang Kopuah )
4.            Dt. Koto Bangun            ( Mandailing )
26.     Nagari Languang
Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat bahwa pada dahulunya tumbuhlah sebuah pohon kayu yang sangat rindang. Kayu tersebut mereka namakan dengan pohon languang. Pada suatu ketika banyak orang yang berteduh dan ada beberapa penduduk untuk membuat tempat peristirahatan berupa gubuk-gubuk kecil disekitar pohon tersebut yang lama kelamaan daerah disekitar pohon tersebut menjadi ramai dan terbentuklah sebuah perkampungan.
Suatu ketika para tokoh masyarakat melakukan musyawarah untuk memberi nama kampung mereka. Dari hasil musyawarah tersebut mereka sepakat untuk memberi nama perkampungan mereka dengan nama LANGUANG sesuai dengan nama pohon kayu yang tumbuh ditengah perkampungan mereka tersebut.


27.     Nagari Koto Nopan
Pada dahulu sebagian masyarakat yang mendiami Nagari Koto Nopan ini berasal dari Kota Nopan Sumatera Utara. Mereka pergi untuk mencari daerah yang baru maka bertemu pada sebuah daerah yang datar yang cocok dijadikan untuk pemukiman. Maka atas kesepakatan masyarakat tersebut mereka sepakat untuk memberi daerah yang mereka temukan tersebut sama dengan nama daerah asalnya yaitu Koto Nopan.
28.     Nagari Muara Tais
Nagari Muara Tais pertama sekali dihuni oleh orang Batak Kuno yang kemudian turun dari Pagaruyung orang 4 Suku dengam membawa rombongan. Rombongan tersebut menanam labu dihulu air tais yang dahulunya namanya Air Batu Hitam yang lama kelamaan setelah labu yang ditanam tersebut menghasilkan buah dan  besar kemudian direbus dalam jumlah yang banyak. Dalam rebusan labu tersebut airnya berwarna kuning yang disangka oleh penduduk batak kuno menyangka bahwa orang minang banyak yang kemudian penduduk batak kuno tersebut meninggalkan daerahnya.
Dalam peninggalan orang batak kuno tersebut mereka menamakan daerah mereka dengan nama Air Taik yang akhirnya diperbaiki menjadi Air Tais yang muranya juga dinamakan Muara Tais.
29.     Nagari Pintu Padang
Pada zaman dahulu kala ada sekelompok orang yang datang dari Pagaruyung dan menetap atau tinggal dipinggiran sungai Limbako yang diberi nama Koto Sawah. Lama kelamaan karena orang tersebut bertambah banyak dan untuk meperluas daerah kekuasaan orang tersebut bergerak kearah selatan yang diberi nama dengan Pintu Padang. Sebelum mereka memasuki Pintu Padang tersebut mereka menempuh hamparan padang yang sangat luas berada dipuncak bukit yang tinggi selalu ditiup angin (sekarang dinamakan dengan Bukit Tujuh).


30.     Nagari Lubuk Gadang
Menurut cerita orang tua nagari Lubuk Layang pada awalnya dating beberapa orang ke Kampung (Lubuk GadanG) untuk mencari tempat pemandian. Dalam pencarian mereka menemukan suatu tempat yang airnya tenag, dalam dan menempati lokasi yang sangat luas (agak menjorok/masuk ke darat) yang kemudian mereka bersama-sama dan sepakat untuk memberikan nama tempat pemandian yang mereka temukan tersebut Lubuak gadang (Lubuk Gadang) dan pada akhirnya tempat tersebut menjadi nama sebuah kampong yang melekat sampai sekarang.
31.     Nagari Silayang
Pada awalnya penduduka nagari silayang ini berasal dari dua orang bersaudara yakni Siak Sutan dan Sutan Siak yang bergelar rajo Singo Mendeku beserta adik kemenakannya  yang bersuku melayu, berangkat dari Pagaruyung dengan tujuan memperluas daerah dan mendapatkan tanah ulayat. Dari Pagaruyung terus ke arah Barat dan bertemu dengan Sungai Rokan dan menelusurinya hingga ke hulu sehingga sampai  di daerah Sumpur ( Rao Sekarang ). Setelah sampai diteluk mereka terus naik keatas melewati Bukit Barisan dan bertemulah sebatang sungai yang kemudian disebut Batang  Silayang hingga sampai ke hulu sungai tersebut. Namun sebelum mereka sampai kehulu mereka membuat perkampungan di Muara Sungai Mantundak yang dinamakan dengan Kampung Lamo. Asal mula nama Silayang berasal dari kata Indayang dimana ketika berjalan ke hulu sungai Sutan Siak dan Siak Sutan menemukan selembar daun indayang kelapa di titian batu sementara pohon kelapa tidk ada tumbuh ditempat tersebut, maka diberilah nama daerah itu dengan nama SILAYANG.
32.     Nagari Muaro Sungai Lolo
Penduduk pertama yang men diami daerah ini adalah suku Piliang yakn i Puti Sangkar Wulan dengan rombongannya yang berasal dari Tabek Patah (Pariaman) kemudian singgah di Jambak dan Sundatar (Lubuksikaping) dan tersu mendaki melewati Bukit Barisan dan bertemu dengan hulu sungai Kampar dan terus menelusuri Sungai tersebut kerah hilir sampai rombongan tersebut menemukan daerah daratan yang bagus untuk perkampungan. Setelah membenahi perkam-pungan barulah datang Suku Melayu yang berasal dari Seberuang yang bergelar Datuk Singo Mondenden (Bujang Korih) anak dari Alam Sengkuni yang berasal dari Pagaruyung.
Datuk Singo Mondenden mengaku bahwa kampung yang telah dihuni oleh Suku Piliang dan Suku Mandailing itu adalah tanah ulayatnya setelah beluai memberikan bukti sebatang pohon besar bekas tebangan di dekat Lubuk Muaro. Pertemuan Sungai  Batang Lolo dan Sungai Kampar sehingga suku Piliang dan Suku Mandailing mengakuinya sebagai Mamak dan sejak itu kampung tersebut dinamakan Muaro


BAB V
DATA RUPA BUMI

Berikut ini kami sajikan data rupa bumi  alami yang ada di Kabupaten Pasaman antara lain :
1.   Sungai
No
KECAMATAN
S U N G A I
1
Kec. Tigo Nagari
1
Air Paku Tunggak
32
Paraan Sirih


2
BT. Kuriman
33
Air Pantau


3
Air Paraman Cigak Putih
34
BT. Kinandam Dareh


4
Air Paraman Cigak Sirah
35
Air Manis -manisan


5
Paraman Cigak
36
Air Paraman


6
Sungai Limau
37
Air Palancah


7
BT. Air Angek
38
Air Garingging


8
Air Takih
39
BT. Malampah


9
Air Jarak
40
Air Pandaringan


10
Anak Air Baco
41
Air Pandaluran


11
BT. Lapo
42
Air Batu Hitam


12
Anak Air Lapo
43
BT. Lindai


13
BT. Landu
44
Air Batu Karuik


14
BT. Maluah
45
BT. Ungka


15
BT. Kumpulan
46
BT. Patimah


16
Air Silang
47
Air Katahanan


17
Air Kilangan
48
BT. Sukun


18
BT. Paraman
49
BT. Barameh


19
BT. Likek Mati
50
Air dingin


20
Air Lundang
51
BT. Talo


21
BT. Langkok
52
Air Pagadih


22
Air Malang
53
Air Tantang


23
Air Landu
54
Air Sobonson


24
Air Caruik
55
Air Bambu


25
BT. Bangan
56
BT. Masang


26
Air Tarantang Tunggang
57
BT. Kilangan


27
Air Cangkuak
58
BT. Kulorian


28
BT. Tapa
59
BT. Sijangek


29
Air Kajai
60
Air Hangat


30
BT. Sarik
61
Air Baung


31
Paraman Sirah








2
Kec. SIMPATI
1
BT. Alahan Panjang
15
Aia Paku


2
Bair Baling
16
Air Bula'an


3
Aia Simpang
17
BT. Sariak


4
BT. Sunai
18
BT. Langkuit


5
BT. Marambung
19
Air Pinang


6
BT. Lasi
20
BT. Kularian


7
BT. Limau Karetan
21
Air BT. Baririk


8
Anak Air Duku
22
BT. Kinandam


9
BT. Simpai
23
BT. Manggia


10
Air Talungguakan
24
BT. Bindalik


11
Aia Ateh Batu
25
BT. Ligi Gadang


12
BT. Ligi Kaciak
26
BT. Kasok


13
Aia Pamiciakan
27
BT. Ligi Kaciak


14
BT. Pulan
28
Aia Marambuang






3
Kec. Bonjol
1
Air Talang
28
BT. Manggani


2
Air Mumpak Kaciak
29
BT. Rambutan


3
Air Mumpak Gadang
30
BT. Sikaciak


4
Air Tandikek
31
BT. Musus


5
Air Abu
32
BT. Alahan Panjang


6
Air Dareh
33
BT. Laring


7
Air Biso
34
BT. Sunai


8
Air Kijang
35
BT. Marambung


9
Air Baling
36
BT. Langkuih


10
Air Simpang
37
BT. Kularian


11
Air TAlang
38
BT. Ligi Kaciak


12
Air Paku
39
BT. Ligi Gadang


13
Air Abu
40
BT. Timaran


14
Air Pamicikan
41
BT. Lasi


15
Air Bula'an
42
BT. Limau Kareh


16
Air Putiah
43
BT. Kinandam


17
Air Tawar
44
BT. Manggila


18
Air Tapa Gadang
45
Bindalik Kaciak


19
Air Tapa HitamAir Angek
46
Bindalik Gadang


20
Air Pinang
47
BT. Kasok


21
Air BT. Baririk
48
BT. Bindalik


22
Air Panao
49
BT. Ambacang


23
Air Talunggukan
50
BT. Simpai


24
Air Ateh Batu
51
BT. Air Talang


25
Anak Air Duku
52
BT. Sariak


26
Sungai Landai
53
BT. Bubus


27
BT. Marumuak








4
Kec. Lubuk Sikaping
1
BT. Sumpur
15
BT. Sopan


2
BT. Anang
16
Air Tabek


3
BT. Pakau
17
BT. Tikalak


4
BT. Silasung
18
BT. Marumuak


5
BT. Paninggalan
19
BT. Pegang


6
BT. Mauah
20
BT. Panjagoan


7
Air Betung
21
Air Mundek


8
BT. Astum
22
BT. Pamenan


9
BT. Dalik
23
Sungai Durian


10
BT. Paraman Dareh
24
Air Kampung Padang


11
BT. Pamikin
25
BT. Pangariang


12
BT. Mapun
26
BT. Sabangka


13
BT. Mapun Sani
27



14
Air Lunak
28







5
Kec. Panti
1
BT. Panti
10
Air Panjang


2
BT. petok
11
Air Mati


3
Air Salo
12
Air Padang


4
BT. Sanik
13
Air Kajai


5
BT. Pagadis
14
BT. Kuamang


6
BT. Mapun
15
BT. Tambangan


7
Air Rambah
16
BT. Piagan


8
BT. Lundar
17
Sungai Sorik


9
Air Lambak








6
Kec. Dua Koto
1
BT. Pasaman
5
Aek Batu Rane


2
BT. Barilas
6
BT. Tuhur


3
BT. Andilan
7
BT. Bahanon


4
BT. Silalang








7
Kec. Padang Gelugur
1
BT. Sontang
2
BT. Rambah






8
Kec. Rao Selatan
1
BT. Beringin
5
BT. Abam


2
BT. Sumpur
6
Air Dareh


3
BT. Nyiur
7
BT. Timbuli


4
Air Gamuruah
8
Air Ruang






9
Kec. Rao Utara
1
BT. Lubuah
27
BT. Kayu Ambon


2
Air Sulang Aling
28
BT. Padang Baigan


3
Sungai Deras
29
BT. Dolok Kijang


4
BT. Asik
30
BT. Hulku Sei. Jantan


5
Air Sontang
31
Air Sidoras


6
Air Rogas
32
BT. Coundong


7
Air Silango
33
BT. Kubangan Badak


8
Air Parlauyan
34
Air Simpang Kalam


9
Air Kiawai
35
Air Kamai


10
Air Sibungkur
36
Air Lakopah


11
Air Mangkais
37
BT. Gelulango


12
Air Mago
38
BT. Tebing Tinggi


13
Air Sikincir
39
BT. Mangkais


14
Air Kubu Tuo
40
BT. Rimbo Salak Lawas


15
Air Tour
41
BT. Kumpal


16
Air Simamurai
42
Air Dingin Gadang


17
Air Pandak
43
Air Butah


18
Air Perais
44
Air Silunau


19
Air Somamonen
45
Air Tingkaruak


20
Air Abam
46
Air Langkuik


21
BT. Tampang
47
Air Sibuhuan


22
BT. Siluar
48
Air Sipahoma


23
BT. Luncung
49
Air Nalemu


24
BT. Siligaro
50
Air Putih


25
BT. Bacahan
51
Air Sitamsiambiring


26
BT. Tojam
52
Air Nabana






10
Kec. Rao
1
BT. Sibinail
8
Air Sikadondong


2
Air Kapesong
9
Air Sinyamuak


3
Air Sogar
10
Losuang Air


4
BT. Cubadak
11
Lurah Harapan Baru


5
BT. Simisuah
12
Lurah Rangkuli


6
BT. Tingkarang
13
Lurah Baypas


7
Air Smaroken
14
Sungai Manis






11
Kec. Mapat Tunggul
1
BT. Sumpur
4
Air Tais


2
BT. Tibawan
5
Air Lobang


3
Air Gagak
6
Air Limbako / Ampolu






12
Kec. MT  Selatan
1
BT. Kampar
8
Air Sialang


2
BT. Lolo
9
Air Sopan


3
BT. Silayang
10
Sungai Tuar


4
BT. Timbulan
11
Sungai Maringging


5
Air Pangian
12
Air Celang


6
Air Mantuadak
13
BT. Pamali


7
Sungai Apan








Sumber : Data Pemerintah Kecamatan
2.   Gunung / Bukit / Lembah
 No
Kecamatan
Nama Gunung
Tinggi (m)
1
Kec. Tigo Nagari


2
Kec. Simpang Alahan Mati


3
Kec. Bonjol
Ambun
2,060
4
Kec. Lubuk Sikaping
Tambin
2,271
 No
Kecamatan
Nama Gunung
Tinggi (m)
5
Kec. Panti


6
Kec. Dua Koto
Gunung kelabu
700


Gunung Sigapuak
729
7
Kec. Padang Gelugur


8
Kec. Rao Selatan


9
Kec. Rao


10
Kec. Rao Utara
Malenggang
1,630


Gugus Bukit Barisan

11
Kec. Mapat Tunggul


12
Kec. Mapat Tunggul Selatan






Sumber : Data Pemerintah Kecamatan




BAB  VI
GEOGRAFIS KECAMATAN

1.       Geografis Kecamatan Tigo Nagari
Kecamatan Tigo Nagari merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman dimana Kecamatan Tigo Nagari mempunyai luas wilayah 352,92  Km2 yang terdiri dari 3 Nagari.
Secara geografis Kecamatan Tigo Nagari berada pada koordinat :
TM0-30                      :  (X)    150746
                                       (Y)    1494728,
Koordinat UTM    : (X)    617680
                                        (Y)   9994728
Koordinat Geodetik :  Lintang 000 2’ 51,65’
                                       Bujur           1000 03’ 27,01“
Kecamatan Tigo Nagari berada pada ketinggian antara 50 meter sampai dengan 2.912 meter diatas permukaan laut dengan luas daerah 352,92 Km2.
Wilayah Kecamatan Tigo Nagari merupakan wilayah atau Kecamatan Barat dari Kabupaten Pasaman yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara      : Kecamatan Lubuk Sikaping dan
                                    Kabupaten Pasaman Barat
Sebelah Timur      :  Kecamatan Simpang Alahan Mati
Sebelah Selatan   :  Kabupaten Agam
Sebelah Barat       :  Kabupaten Pasaman Barat.
2.       Geografis Kecamatan Simpang Alahan Mati.
Kecamatan Simpang Alahan Mati yang mempunyai luas 69,56 Km2 dengan ketinggian dari permukaan laut 100 – 890 dpl. Kecamatan Simpang Alahan Matri berada pada koordinat
TM0-30                  :  (X)    163347
                                       (Y)    11499286

Koordinat UTM    :  ( X)  630279
                                       (Y)    9999286
Koordinat Geodetik : Lintang   000 00’ 23,35’
                                       Bujur           1000 10’ 14,55“:
Kecamatan Simpang Alahan Mati mempunyai 2 nagari yaitu Nagari Simpang dan Nagari Alahan Mati dan berbatasan dengan :
Sebelah Utara     :  Kecamatan Tigo Nagari
Sebelah Timur     :  Kecamatan Bonjol
Sebelah Selatan  :  Kecamatan Bonjol
Sebelah Barat      :  Kecamatan Tigo Nagari
3.       Geografis Kecamatan Bonjol
Kecamatan merupakan kecamatan yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Kecamatan ini juga merupakan asal dari pahlawan Tuanku Imam Bonjol.  Kecamatan Bonjol mempunyai luas wilayah seluas 194,32 Km2 yang berada pada dengan posisi koordinat :
TM0-30                  : (X)    168708
                                       (Y)    1498141
Koordinat UTM    : (X)    635640
                                       (Y)    9998141
Koordinat Geodetik       :         Lintang          000 01’ 0,53’
                                       Bujur           1000 13’ 7,94“:
Kecamatan Bonjol berbatasan dengan :
Sebelah Utara       :   Kecamatan Lubuk Sikaping
Sebelah Barat        :   Kecamatan Simpang Alahan Mati
Sebelah Selatan    :   Kabupaten Agam
Sebelah Timur       :  Kabupaten Lima Puluh Kota       
4.      Kecamatan Lubuk Sikaping.
Kecamatan Lubuk sikaping merupakan Ibukota dari Kabupaten Pasaman dimana Kecamatan Lubuk Sikaping berada berbatasan dengan :
Sebelah Utara       :    Kecamatan Panti
Sebelah Selatan    :   Kec. Bonjol dan Kec. Tigo Nagari
Sebel;ah Barat       :   Kec. Tigo Nagari dan Ka. Pas_Barat
Sebelah Timur       :   Kecamatan Mapat Tunggul Selatan

Kecamatan Lubuk Sikaping berada pada Koordinat :
TM0-30                  :  (X)    161250
                                       (Y)    1519196
Koordinat UTM    :  (X)    628182
                                       (Y)    19193
Koordinat Geodetik       :         Lintang          000 10’ 25,02”
                                       Bujur           1000 09’ 6,73 “:
Kecamatan Lubuk Sikaping mempunyai luas 346,50 Km2 dengan ketinggian  275 – 2.340 meter diatas permukaan laut.
5.       Kecamatan Panti.
Kecamatan Panti berada pada ketinggian 221 – 1.521 meter dari permukaan laut dengan luas  wilayah 212,95 Km2 yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara       :   Kecamatan Padang Gelugur
Sebelah Selatan    :   Kecamatan Lubuk Sikaping
Sebel;ah Barat      :   Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Sebelah Timur       :   Kecamatan Dua Koto
Letak  Kecamatan  Panti  terletak  pada  dengan koordinat :
TM0-30                  :  ( X)   190724
                                       (Y)    1540008
Koordinat UTM    :  (X)    617655
                                       (Y)    40001
Koordinat Geodetik :     Lintang          000 21’ 42,64”
                                       Bujur           1000 03’ 26,27 “:
Kecamatan Panti dengan alamnya yang masuk ke dalam Hutan Cagar Alam dengan yang dikenal dengan Cagar Alam Rimbo Panti dimana didalam kawasan alam tersebut terdapat sumber air panas. Cagar Alam Rimbo Panti ini dijadikan objek wisata untuk Kabupaten Pasaman.
Di Kecamatan Panti juga terdapat unsur rupabumi yang dibuat oleh manusia yaitu suatru bendungan yang mengalairi persawahan mulai dari Kec. Panti sampai ke Kec. Rao dengan nama Ben Bendungan Panti – Rao.


6.       Kecamatan Dua Koto
Kecamatan Dua Koto yang merupakan daerah paling barat dari Kabupaten Pasaman dimana luas wilayah Kecamatan Dua Koto seluas 360,63 Km2 yang berbatasan langsung  dengan :
Sebelah Utara     :   Kab. Madina Prop. Sumut
                                   Kec. Rao dan Kec. Rao Selatan.
Sebelah Selatan  :   Kec. Talamau Kab. Pasaman Barat
Sebel;ah Barat     :   Kec. Gunung Tuleh Kab. Pas-Barat
Sebelah Timur     :   Kec. Panti dan Kecamatan Pd. Gelugur
Kecamatan Dua Koto berada pada ketinggian 300 – 2.172 meter dari permukaan laut dengan posisi koordinat sebagai berikut :
TM0-30                      :  (X)    137168
                                       (Y)    1538891
Koordinat UTM    :  (X)    604101
                                       (Y)    38882
Koordinat Geodetik :     Lintang          000 21’ 06,25”
                                       Bujur           990 56’ 7,84 “:
7.       Kecamatan Padang Gelugur
Kecamatan Padang Gelugur merupakan pemekaran dari Kecamatan Panti dimana luas wilayah seluas adalah 159,95 Km2 dan berada pada ketinggian 250 – 1.220 meter dari permukaan laut dengan posisi Koordinatnya berada pada :
TM0-30                  :  (X)    148647
                                       (Y)    1449664
Koordinat UTM    :  (X)    615577
                                       (Y)    9949672
Koordinat Geodetik :     Lintang          000 27’ 18,9”
                                       Bujur           1000 02’ 19,1 “
8.       Kecamatan Rao Selatan
Kecamatan mempunyai luas wilayah seluas adalah 338,98 Km2 dan berada pada ketinggian 252 – 1.100 meter dari permukaan laut.
Kecamatan Padang Gelugur juga merupakan Pemekaran dari Kecamatan Panti yang berada pada  posisi koordinat :
TM0-30                  :  (X)    149663
                                       (Y)    1555864
Koordinat UTM    :  (X)    616591
                                       (Y)    55854
Koordinat Geodetik       :         Lintang          000 30’ 18,9”
                                       Bujur           1000 02’ 51,92 “
9.       Kecamatan Rao
Kecamatan Rao merupakan kecamatan induk dari Kecamatan Rao Selatan, Rao Utara, Mapat Tunggul dan Kecamatan Mapat Tunggul Selatan yang dahulunya bernama Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Kecamatan Rao terjadi tiga (tiga) kali pemekaran kecamatan yaitu :
i.      Kecamatan Rao dimekarkan menjadi Kecamatan Mapat Tunggul
ii.    Dari Kecamatan Mapat Tunggul kemudian dimekarkan lagi menjadi Kecamatan Mapat Tunggul Selatan.
iii.   Kecamatan Rao yang menjadi Kecamatan induk dimekarkan kembali menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Rao Utara dan Kecamatan Rao Selatan.
Adapun luas kecamatan Rao sekarang adalah 236,18 Km2 dengan  ketinggian 250 – 1.220 dpl yang terletak pada koordinat :
TM0-30                  :  (X)    146350
                                       (Y)    1562086
Koordinat UTM    :  (X)    613277
                                       (Y)    62075
Koordinat Geodetik       :         Lintang          000 33’ 41,43”
                                       Bujur           1000 01’ 04,76 “
Kecamatan Rao merupakan Kecamatan dimana berasal seorang pahlawan yang bernama Tuanku Rao.
Kecamatan Rao berbatasan dengan :
Sebelah Utara         :    Kabupaten Madina Prop. Sumut
Sebelah Selatan      :    Kecamatan Rao Selatan
Sebelah Timur         :    Kec. Rao Selatan dan Rao Utara
Sebelah Barat          :    Kecamatan Dua Koto


10.   Kecamatan Rao Utara
Kecamatan Rao Utara merupakan Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan Rao dimana terletak pada titik koordinat :
TM0-30                  :  (X)    146918
                                       (Y)    1570353
Koordinat UTM    :  (X)    613842
                                       (Y)    70340
Koordinat Geodetik :     Lintang          000 38’ 10,65”
                                       Bujur           1000 01’ 23,10 “
Kecamatan Rao Utara mempunyai luas lebih kurang 598,63 Km2 dengan ketinggian 360 – 1.886 darei permukaan laut. Kecamatan ini juga mempunyai tiga Nagari yaitu : Nagari Koto Rajo, Nagari Languang dan Nagari Koto Nopan.
Di Kecamatan Rao Utara terdapat sebuah Gunung yang bernama Gunung Malenggang dengan ketinggian 1.630 dan dilintasi oleh bukit barisan.
Kecamatan Rao Utara berbatasan dengan :

Sebelah Utara          :   Kab. Madina dan Kab. Padang Lawas
                                        Prop. Sumut
Sebelah Selatan       :   Kec. Rao Selatan da Kecamatan Rao
Sebelah Timur          :   Kecamatan Mapat Tunggul
Sebelah Barat           :   Kecamatan Rao
11.     Kecamatan Mapat Tunggul
Kecamatan Mapat Tunggul yang dahulunya merupakan satu Kecamatan dengan Kecamatan Rao Mapat Tunggul dan setelah pemekaran diberi nama Kecamatan Mapat Tunggul yang terlertak di ketinggian 150 – 2.281 dari atas permukaan laut. dengan luas wilayah seluas 605,29 Km2 dengan ibukota Kecamatan Guo Siayuang
Kec. Mapat Tunggul berbatasan dengan daerah :
Sebelah Utara          :   Prop. Sumatera Utara
Sebelah Selatan       :   Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Sebelah Timur          :   Kabupaten Rokan Hulu Prop Riau
Sebelah Barat           :   Kecamatan Rao Utara
Kecamatan Mapat Tunggul mempunyai luas lebih kurang 605,29 Km2 dengan ketinggian dari permukaan laut 150 – 2.281 meter yang berada pada koordinat :
TM-30                    :  (X)    159741
                                       (Y)    1565122
Koordinat UTM    :  (X)    626665
                                       (Y)    65114
Koordinat Geodetik :     Lintang          000 35’ 20,36”
                                       Bujur           1000 08’ 17,86 “
12.   Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang merupakan Kecamatan paling Timur dari Kabupaten Pasaman. Kecamatan Mapat Tunggul Selatan beribukota Silayang dengan mempunyai 2 nagari yaitu Nagari Silayang dan Nagari Muaro Sungai Lolo.
Kecamatan ini terletak pada ketinggian 150 – 2.281 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 471,72 Km2 dengan koordinat kantor Camat terletak pada koordinat :

TM0-30                  :  (X)    165738
                                       (Y)    1554146
Koordinat UTM    :  (X)    632664
                                       (Y)    54140
Koordinat Geodetik       :         Lintang          000 29’ 22,99”
                                       Bujur           1000 11’ 31,84 “
Kecamatan ini berbatasan dengan :
Sebelah Utara         :   Kecamatan Mapat Tunggul
Sebelah Selatan      :   Kecamatan Bonjol
Sebelah Barat         :   Kecamatan Panti, Lubuk Sikaping
                                       Padang Gelugur, Rao Selatan
Sebelah Timur         :   Kabupaten Lima Puluh Kota dan
                                       Kabupaten Kampar Prop. Riau