Assalamu'alaikum Selamat Datang Di Ranah Pasaman
Dahulu Kecamatan Dua Koto ini terdiri dari dua Nagari yaitu Nagari Cubadak dan Nagari Simpang Tonang. Beranjak dari dua nagari inilah maka diambil kesepakatan bahwa untuk penamaan Kecamatan didasarkan pada Dua nagari ini, maka diberilah nama Dua Koto.
Menurut informasi dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak Kec. Rao, pada dahulunya daerah rao merupakan daerah yang mempunyai rawa-rawa yang luas. Oleh karena semakin lama semakin banyak penduduk yang mendiami daerah disekitar rawa-rawa tersebut maka para ninik mamak dan tokoh masyarakat bermusyawarah untuk membuat suatu penamaan daerah yang mereka tempati dengan nama dari rawa-rawa disempurnakan menjadi RAO.
Kecamatan Mapat Tunggul Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang sebelumnya juga merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Masyarakat Kecamatan Mapat Tunggul Selatan pada zaman dahulu merupakan petani dengan sistim perladangan berpindah. Setiap selesai musim panen mereka akan meninggalkan ladangnya dan mencari lahan baru untuk ditebang/dipotong/dipapek dan dibersihkan menjadi ladang yang baru. Mapat Tunggul Selatan berasal dari Kata MAPAT, TUNGGUL dan SELATAN yang dalam bahasa Minang Mapat berarti “mamapek” berarti menebang atau memotong sedangkan Tunggul yang artinya adalah “sisa kayu bekas penebangan” sedangkan Selatan berarti letaknya didaerah bagian selatan.
BUKU RUPA BUMI KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2013
BAB I
ARTI PENTING PENAMAAN UNSUR GEOGRAFI
Begitu manusia lahir di bumi, properti yang pertama
diberikan oleh orang tuanya adalah “nama diri”, karena dengan nama ini mulailah
terbangun suatu jaringan komunikasi antara orang tua dengan anaknya sepanjang masa.
Properti kedua yang melekat pada “nama diri” adalah “
tempat lahir”. Kedua nama, yaitu nama diri dan tempat lahir akan melekat terus
pada setiap individu sampai meninggal dan dipakai untuk identitas diri lainnya,
termasuk di batu nisannya. Kita dapat kehilangan apa saja, harta benda, dan
lain-lain tetapi tidak nama diri dan tempat lahir.
Begitu manusia mendiami suatu wilayah di muka bumi, maka
manusiapun memberi nama kepada semua unsur-unsur geografi, seperti nama untuk
sungai, bukit, gunung, lembah dsb. Yang berada pada wilayahnya atau yang
terlihat diwilayahnya. Bahkan manusia memberi nama pada daerah yang
ditempatinya seperti nama pemukiman, nama desa, nama kampung, nama nagari.
Tujuan pemberian nama pada unsur geografi adalah untuk
identifikasi atau acuan dan sebagai sarana komunikasi antar sesama manusia.
Dengan demikian nama-nama unsur geografi sangat terkait dengan sejarah
pemukiman manusia.
Manusia yang bermukim pertama sekali di suatu wilayah
tentunya memberi nama pada unsur-unsur geografik di lingkungannya. Unsur
geografik umumnya dinamai oleh penduduk setempat dengan menggunakan bahasa
daerahnya yang mencerminkan bagian dari sejarah dan kebudayaan suku bangsa yang
pertama kali mendiami suatu wilayah.
Nama diberikan berdasarkan apa yang dilihatnya, seperti
pohon-pohon atau buah-buahan yang dominan diwilayah tersebut. Contohnya : Durian
Tinggi, Cubadak Gadang, Pauah dan lain
sebagainya (yang mana contoh tersebut terdapat di Kecamatan Lubuksikaping-Prov.
Sumatera Barat). Selain itu banyak juga pemberian nama geografik berdasarkan
nama legenda rakyat, seperti Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan legenda
si Malin Kundang di Sumatera Barat. Dengan kata lain, nama-nama unsur geografi
bukan hanya sekedar nama, tetapi dibelakang nama tersebut adalah sejarah yang
panjang dari pemukiman manusia.
BAB II
SEJARAH KABUPATEN PASAMAN
1.
Asal Mula Terbentuknya Pemerintah Kabupaten Pasaman
Pada zaman Belanda Kabupaten Pasaman termasuk Afdeling Agam. Afdeling ini
dikepalai oleh seorang Asisten Residen. Afdeling Agam terdiri dari 4 onder afdeling, yaitu :
a. Agam Tuo
b. Maninjau
c. Lubuk Sikaping
d. Ophir
Setiap onder afdeling dikepalai oleh
seorang Contreleur, setiap Contreleur dibagi lagi menjadi Distrik dimana setiap
distrik dikepalai oleh seorang Demang (Kepala Pemerintahan). Disetiap Distrik
dibagi lagi menjadi Onder Distrik (Asisten Demang). Onder Afdeling Lubuk
Sikaping terdiri dari Distrik Lubuk Sikaping dan Distrik Rao. Onder Afdeling
terdiri dari distrik Talu dan Distrik Air Bangis. Distrik Lubuk Sikaping terdiri
dari ; Onder Distrik Lubuk Sikaping dan Onder Distrik Bonjol;
-
Distrik
Rao Mapat Tunggul terdiri dari Onder Distrik Rao dan Onder Distrik Silayang;
-
Distrik
Talu terdiri dari Onder Distrik
Talu dan Onder Distrik Suka Menanti dan ;
-
Distrik
Air Bangis terdiri dari Onder Distrik Air Bangis dan Onder Distrik Ujung
Gading.
Sesudah Kemerdekaan Onder Afdeling
Agam Tuo dan Maninjau digabung menjadi Kabupaten Agam dan Onder Afdeling Lubuk
Sikaping dan Ophir dijadikan satu susunan pemerintahan menjadi Kabupaten Pasaman
dan dibagi menjadi 3 Kewedanan yaitu :
1.
Kewedanan
Lubuk Sikaping
2.
Kewedanan
Talu
3.
Kewedanan
Air Bangis.
Dengan pusat Pemerintah Kabupaten
Pasaman di Talu. Pada bulan Agustus 1947 sewaktu Basyrah Lubuk Sikaping menjadi
Bupati Pasaman maka Ibu kota
Kabupaten Pasaman dipindahkan ke Lubuk Sikaping.
Untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dalam percepatan pelayanan pemerintahan, maka wilayah administrasi
pemerintahan Kabupaten Pasaman dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah pemerintahan Kabupaten
yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2003 yaitu Kabupaten
Pasaman dengan Kabupaten Pasaman Barat.
2.
Hari Jadi Kabupaten Pasaman
Melihat dari perkembangan pembentukan Kabupaten
Pasaman dari
zaman Belanda hingga zaman Kemerdekaan, maka dibentuk suatu Tim untuk merumuskan
hari jadi Kabupaten Pasaman.
Dengan mengacu pada perkembangan
sejarah, dalam menjalankan roda pemerintahan, pernah dikeluarkan Keputusan
Residen Sumatera Barat Nomor R.I/I Tanggal 8 Oktober 1945 menetapkan sebagai
berikut “ Luhak Kecil Talu : Abdul Rahman Gelar Sutan Larangan “
Mengacu pada
keputusan tersebut, Tim yang dibentuk merumuskan dan DPRD Kabupaten Pasaman
mengeluarkan keputusan Nomor 11 / KPTS / DPRD / PAS / 1992 tanggal 22 Pebruari
1992 yang dilanjutkan dengan Surat Keputusan Bapati Pasaman Nomor
188.45/81/BUP-PAS/1992 tanggal 26 Februari
1992, maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal 8 Oktober
1945.
3.
Lambang Kabupaten Pasaman
I. Lambang Pemerintah
Kabupaten Pasaman yang Baru
Logo daerah berbentuk
perisai yang sebelah bawah lancip dan sebelah atas kanan dan kiri
mempunyai lekuk yang berujung, masing-masing
membentuk dua sudut dengan warna dasar hijau muda yang garis
pinggirnya berwarna hitam.
a. Arti Bentuk Lukisan, Warna-warna dan motto
dalam logo daerah
- Arti Bentuk
1.
|
Bentuk
perisai bersudut lima adalah melambangkan kekuatan pertahanan dan simbol
perlindungan terhadap masyarakat;
|
2.
|
Bentuk
lingkaran juga simbol kebulatan tekad untuk selalu setia Kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia.;
|
- Arti gambar dan Lukisan
1.
|
Lingkaran
merah putih melambangkan bahwa Pasaman ádalah bagian dari wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
|
2.
|
Bukit
barisan bergelombang merupakan simbol bahwa Pasaman merupakan daerah yang
terletak di dataran tinggi dengan bukit barisan melintas di sepanjang
wilayahnya, Pasaman, melambangkan keteguhan dan ketenangan masyarakat
Pasaman;
|
3.
|
Rumah
adat bagonjong limo melambangkan sifat dasar masyarakat minangkabau yang
menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sesuai dengan dasar falsafah
negara Pancasila dan atap melengkung dengan gonjong runcing ke atas
melambangkan sifat dinamis dan bekerja keras dalam mencapai cita-cita
masyarakat adil dan makmur, serta melambangkan kulturalbudaya minangkabau
yang berlandaskan adat basandi sara’, sara’ basandi kitabullah;
|
4.
|
Kubah
masjid melambangkan agama mayoritas masyarakat Kabupaten Pasaman dalam rangka
membentuk spritual yang suci, bersih dan berbudi luhur
|
5.
|
Globe
atau bola dunia dan garis mendatar warna merah adalah simbol bahwa Kabupaten
Pasaman merupakan daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator);
|
6.
|
Padi
dan Kapas memiliki makna masyarakat Kabupaten Pasaman yang makmur, sejahtera,
berkecukupan sandang dan pangan;
|
7.
|
Ikatan
yang mengikat padi dan kapas melambangkan ikatan erat tali silaturahmi antar
anggota masyarakat Kabupaten Pasaman dalam meningkatkan perekonomian dan
pembangunan daerah di segala bidang;
|
8.
|
Empat
puluh lima butir Padi, sepuluh buah kapas dengan delapan ikatan melambangkan
hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal delapan bulan oktober tahun seribu
sembilan ratus empat puluh lima.
|
- Arti Motto
Motto
“SAIYO” pada hakikatnya melambangkan kemufakatan dalam melaksanakan
putusan, juga secara harfiyah dikembangkan dalam arti :
S
|
=
|
Sehat
|
A
|
=
|
Aman
|
I
|
=
|
Indah
|
Y
|
=
|
Yakin
|
O
|
=
|
Optimis
|
- Arti gambar dan Lukisan
1.
|
Warna
hijau sebagai baground utama memiliki makna sebagai unsur berkembang, bahwa
masyarakat Kab. Pasaman akan selalu tumbuh berkembang mengikuti perkembangan
jaman, hijau juga berarti kesuburan dan harapan masa depan yang baik;
|
2.
|
Warna
kuning/kuning emas berarti agung dan mempunyai makna masyarakat Kabupaten
Pasaman menjaga kerukunan dan kemuliaan akhlaq;
|
3.
|
Warna
biru dimaknai jiwa masyarakat Kab. Pasaman yang cinta damai, optimis meraih
harapan. Biru juga melambangkan kemajuan teknologi;
|
4.
|
Merah
berarti berani;
|
5.
|
Putih
berarti suci dan bersih;
|
6.
|
Hitam
berarti tabah, ulet dan abadi.
|
II. Lambang Pemerintah
Kabupaten Pasaman yang Lama
Lambang Kabupaten
Pasaman adalah berbentuk perisai segi lima yang
merupakan lambang
Ketahanan Kabupaten Pasaman yang berotonom dalam Lingkungan Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila. Dari lambang Pasaman tersebut dapat diartikan
sebagai berikut :
a.
Gunung,
Gunung berpuncak dua adalah ciri-ciri khas daerah Pasaman yaitu Gunung Pasaman
dan Talamau.
b.
Balai
Adat, melambangkan menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan sesuai dengan dasar
falsafah negara
Indonesia.
c.
Atap
melengkung dengan gonjong runcing ke atas yang melambangkan sifat dinamis,
bekerja keras dalam mencapai cita-cita masyarakat adil dan makmur.
d.
Menara
Mesjid melambangkan Agama mayoritas masyarakat Kabupaten Pasaman dalam rangka
membentuk spiritual yang suci dan bersih budi luhurnya.
e.
Gelombang air laut melambangkan kehidupan dinamis
masyarakat Kabupaten Pasaman.
4.
Motto Kabupaten Pasaman
Motto Kabupaten Pasaman yaitu “ SAIYO
“ yang melambangkan suatu mufakat dalam melaksanakan keputusan. Adapun singkatan dari Motto Kabupaten Pasaman yaitu :
Sehat Aman Indah Yakin Optimis
5.
Arti dan Warna Lambang Kabupaten Pasaman
Warna yang terdapat dalam lambang Pasaman mempunyai arti tersendiri yaitu :
Hijau Muda = Harapan masa depan yang baik
Biru Muda = Kesuburan
Kuning Emas = Agung
Merah = Berani
Hitam = Tabah, Ulet dan Abadi
Putih = Bersih
6.
Nama-nama Bupati Pasaman
Nama Bupati Pasaman dan Masa Kepemimpinannya, antara lain :
1)
Darwis
Taram Dt Tumanggung. (1946 s/d 1947)
2)
Basrah
Lubis (1947 s/d 1949)
3)
Sutan
Bahrumsyah (1950 s/d 1951)
4)
Am
Jalaluddin (1951)
5)
Syahbuddin
Latif Dt Bungsu (1951 s/d 1954)
6)
A. Muin Dt Rangkayo Marajo (1954 s/d 1955)
7)
Marah
Amir (1955 s/d 1958)
8)
Johan
Rifa’ i (1958 s/d 1965)
9)
Bongar Sutan Pulungan, SH (1965 s/d 1966)
10) Drs. Zainoen (1966
s/d 1975)
11) Drs. Saruji Ismail (1975 s/d 1985)
12) Rajuddin Noeh, SH (1985
s/d 1990)
13) H. Taufik Martha (1990 s/d 2000)
14) Drs. Baharuddin R, MM (2000 s/d 2005)
15) H. Benny Utama, SH, MM (2005)
16) H. Yusuf Lubis, SH, M.Si (2005
s/d 2010)
17) H. Benny Utama, SH, MM (2010
s/d sekarang)
7.
Geografis Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman merupakan salah satu
dari 19 Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat dimana Kabupaten
Pasaman mempunyai luas wilayah 3.947,53 Km2 yang terdiri dari 12
Kecamatan dan 32 Nagari.
Secara geografis Kabupaten Pasaman
dilintasi oleh garis khatulistiwa yang berada pada 00 55’ Lintang Utara sampai dengan
00 06’ Lintang Selatan dan 990 45’ Bujur Timur sampai
dengan 1000 21‘ Bujur Timur dengan ketinggian antara 50 meter sampai
dengan 2.912 meter diatas permukaan laut.
Wilayah Kabupaten Pasaman merupakan
wilayah atau Kabupaten paling Utara dari Propinsi Sumatera Barat yang berbatasan
dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Mandailing Natal dan
Kabupaten
Padang Lawas
Prop. Sumut.
Sebelah Timur : Kabupaten Rokan Hulu Prop. Riau dan
Kabupaten
Lima Puluh Kota.
Sebelah Selatan : Kabupaten Agam.
Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman Barat.
Berdasarkan luas lahan yang tersedia di Kabupaten Pasaman
yaitu seluas 394.763 Ha diantaranya 48,24 % adalah kawasan hutan, 19,07 % atau
75.274 Ha merupakan padang rumput, persawahan 26.531,32 Ha atau 6,72 %,
41.445,94 Ha atau 10,50 % merupakan lahan perkebunan dan ladang sedangkan untuk kawasan industri relatif sedikit yaitu
0,01 % dari luas wilayah Kabupaten Pasaman.
BAB III
SEJARAH KECAMATAN
SE-KABUPATEN PASAMAN
Pada dahulu yang
bermula dari musyawarah dan mufakat ninik mamak dan Tokoh Masyarakat se Kecamatan
Tigo Nagari dimana untuk memajukan serta
pembangunan dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat maka diusulkan
kepada Pemerintah Kabupaten untuk diadakan pemekaran dimana dahulu Perwakilan Kecamatan
Bonjol menjadi Kecamatan Baru. Dari musyawarah tersebut untuk pemberian nama Kecamatan
yang baru tersebut ada beberapa usulan untuk nama Kecamatan antara lain : Kecamatan Malabin, Kecamatan Saliran Batang
Patimah, Kecamatan Batang Patimah, Kecamatan Batang Masang dan Kecamatan Tigo
Nagari. Dari sekian usulan nama Kecamatan yang diusulkan oleh Ninik Mamak
dan Tokoh Masyarakat yang berada pada daerah pemekaran kecamatan tersebut maka
diambillah keputusan untuk pemberian nama Kecamatan yang tepat yaitu TIGO
NAGARI dimana di Kecamatan yang baru tersebut terdapat tiga Nagari yaitu Nagari Binjai, Nagari Ladang Panjang dan
Nagari Malampah.
Kecamatan Simpang
Alahan Mati adalah sebuah Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Bonjol. Ide
ini timbul karena adanya pemekaran Kecamatan Sungai Beremas dimana masyarakat
perantau yang berada di daerah Sungai Beremas pulang untuk memusyarawarahkan
rencana pemekaran Kecamatan Bonjol. Didalam musyawarah tersebut dapat sebuah
kesepakatan untuk membuat sebuah Kecamatan yang diberi Nama Kecamatan Simpang
Alahan Mati yang berada di Kapung Kadok Jorong Tigo Kampuang Nagari Simpang. Kecamatan
Simpang Alahan Mati sering disebut dengan Kecamatan Simpati.
3.
Kecamatan Bonjol
Dari informasi yang didapat dari para
tokoh masyarakat dan ninik mamak kecamatan Bonjol, bahwa kata Bonjol berasal
dari kata bahojo yang mempunyai arti dimana pasukan belanda tidak dapat
memasuki daerah yang dipimpin oleh Peto Syarif (Tuanku Imam Bonjol).
Dari kata bahojo tersebut
maka disempurnakanlah oleh para tokoh masyarakat beserta Ninik Mamak menjadi
kata Bonjol.
Berangkat dari
sejarah penamaan tersebut, maka seorang Peto Syarif yang menjadi pejuang dalam
melawan penjajahan dinobatkan sebagai Tuanku Imam Bonjol.
Kalau kita
berbicara mengenai sejarah Lubuk
Sikaping perlu melihat perkembangan dari Luhak Nan Tigo, sebab ada sangkut pautnya dengan perkembangan dari
Luhak tersebut karena Lubuk Sikaping
adalah salah satu dari Luhak Agam .
Melihat asal usul
dari penduduk perkampungan yang berada di Lubuk Sikaping ini adalah berasal
dari Kerajaan Pagaruyung melalui Luhak Agam dimana salah satu kaum yang bernama
Rajo Syahbandar dan Adik perempuannya yang bernama Putri Intan Beludu yang
bersuk Jambak dan seorang lagi yang bernama Sutan Nuralam dan Kakaknya bernama
Puti Sangka Bulan yang bersuku Mandailing. Mereka adalah beripa-bisan.Mereka
beserta rombongan dalam pembentukan Luhak Agam peringkat kedua yang terus
berjalan meninggalkan Luhak Agam melalui bukit barisan (bukit gadang melalui
pasar datar dan turun pada suatu tempat yang bernama Pincuran Ruyung) yang
sekarang adalah dalam kelarasan Sundatar. Dari sana mereka berangkat
meninggalkan tempat untuk menuju suatu tempat mereka akan membuat perkampungan
yaiu mereka namakan Banio Tinggi.
Setelah
menetapkan tinggal di Banio Tinggi, maka Rajo Syahbandar kawin dengan Putri
Sangka Bulan dan Sultan Nuralam kawin dengan Putri Intan Beludu dan selanjutnya
sudah beberapa lama tingal di Banio Tinggi mereka mempunyai keturunan
masing-masing dan Banio Tinggi sudah ramai, maka perkampungan Banio Tinggi
telah berkembang yang selanjutnya Sutan Nuralam dengan Istrinya Intan Beludu
berencana pindah ingin membuat sebuah perkampungan baru, maka mereka serombongan
berangkat dari Banio Tinggi berjalan menyusuri hulu air batang sumpur. Mereka
yang berangkat serombongan tersebut mereka namakan se Umpu. Dari dasar kata se
umpu tersebut berlanjut sampai sekarang menjadi Batang Sumpur. Setelah berjalan cukup lama, mereka bertemu sebuah
bukit yang menyerupai perkuburan. Ditempat tersebutlah mereka berhenti untuk
istirahat minum, makan dan makan sirih.
Sewaktu makan sirih tersebut jatuh tutup kapuran sadah ke dalam sebuah lubuk
sebelah bukit kubua panjang yang sangat dalam. Dengan jatuhnya tutup kapur
sadah tersebut, maka mereka
menyebut jatuh sakapiang (sekeping) dan
berlanjut menjadi Lubuk Sikaping sampai sekarang, dimana menjadi ibukota Kecamatan
Lubuk Sikaping dan sebagai Ibu Kota Kabupaten Pasaman .
5.
Kecamatan Panti
Penamaan Panti
berasal dari Kata pantai karena menurut para tokoh masyarakat dan ninik mamak
Panti, Nagari Panti ini seperti sebuah pantai yang luas sehingga apabila ingin
melihat pantai dapat dilihat dari kampung maninjau panti. Kata pantai tersebut lama kelamaan
menjadi Panti karena memang wilayah Panti tak memiliki Pantai, Cuma daerah
Panti menyerupai pantai sehingga berubahlah kata pantai tersebut menjadi PANTI.
6.
Kecamatan Dua Koto
Dahulu Kecamatan Dua Koto ini terdiri dari dua Nagari yaitu Nagari Cubadak dan Nagari Simpang Tonang. Beranjak dari dua nagari inilah maka diambil kesepakatan bahwa untuk penamaan Kecamatan didasarkan pada Dua nagari ini, maka diberilah nama Dua Koto.
Berasal dari Kata
Asam Gelugur dan Ilalang. Daerah padang gelugur dahulunya tumbuh sebatang pohon
asam gelugur yang didampingi oleh tumbuh suburnya padang ilalang yang tingginya
hampir menyamai tinggi pohon asam gelugur tersebut.
8.
Kecamatan Rao
Menurut informasi dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak Kec. Rao, pada dahulunya daerah rao merupakan daerah yang mempunyai rawa-rawa yang luas. Oleh karena semakin lama semakin banyak penduduk yang mendiami daerah disekitar rawa-rawa tersebut maka para ninik mamak dan tokoh masyarakat bermusyawarah untuk membuat suatu penamaan daerah yang mereka tempati dengan nama dari rawa-rawa disempurnakan menjadi RAO.
Kecamatan Rao
Selatan merupakan pemekaran dari
Kecamatan Rao Mapat Tunggul (Rao MT) sehingga sejarah penamaan Keccamatan Rao
Selatan berasal dari kata rawa yang terletak sebelah selatan dari Kecamatan
Rao.
Berasal dari kata
Rawa yang terletak sebelah utara Kecamatan Rao. Kecamatan Rao Utara merupakan
pemekaran Kecamatan Rao Mapat Tunggul bersama dengan Kecamatan Rao Selatan.
Kecamatan Mapat
Tunggul Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang
sebelumnya juga merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Pada
zaman dahulu masyarakat Kecamatan Mapat Tunggul suka berladang
berpindah-pindah. Kata Mapat Tunggul berasal dari kata Mapat dan Tunggul. Mapat
yang berasal dari Bahasa Minang berarti mamapek atau memotong/menebang sedangkan
Tunggul adalah kayu bekas penebangan.
12.
Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Kecamatan Mapat Tunggul Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang sebelumnya juga merupakan pemekaran dari Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Masyarakat Kecamatan Mapat Tunggul Selatan pada zaman dahulu merupakan petani dengan sistim perladangan berpindah. Setiap selesai musim panen mereka akan meninggalkan ladangnya dan mencari lahan baru untuk ditebang/dipotong/dipapek dan dibersihkan menjadi ladang yang baru. Mapat Tunggul Selatan berasal dari Kata MAPAT, TUNGGUL dan SELATAN yang dalam bahasa Minang Mapat berarti “mamapek” berarti menebang atau memotong sedangkan Tunggul yang artinya adalah “sisa kayu bekas penebangan” sedangkan Selatan berarti letaknya didaerah bagian selatan.
BAB IV
SEJARAH NAGARI
DALAM
KABUPATEN PASAMAN
1.
Nagari Malampah
Untuk sejarah
pemberian nama nagari ini juga terdapat beberapa versi pendapat, antara lain :
a)
Pendapat pertama mengatakan bahwa : nagari malampah
berasal dari “ MALAM “ dimana peristiwa ini terjadi pada abad ke 9
perjalanan masehi, mengapa dikatakan Malam, karena pada masa itu belum ada
wilayah nagari malampah ini dihuni oleh manusia sehingga keadaanya gelap
(kelam) atau masih terdapatnya rimba raya (hutan belantara) atau dengan istilah
lainnya “ belum ada api dan belum ada
manusia” atau menurut rangkaian kata yang sering didengar yaitu “ sabalun alu baralun, samaso ba ayam kuau,
bakambiang kijang badeta upaih “ maka nama daerah ini adalah malam. Kata
malam ini diberikan oleh orang-orang yang melewati daerah ini. Dan pada abad ke
13 masuklah Agama Islam ke Ranah Minang Kabau. Yang membawa ajaran Islam ini
atau ajaran kebenaran berupa “ Patuah,
Amanah dan Hukum” oleh orang-orang
yang melewati daerah ini. Orang-orang yang melewati daerah ini menemukan Petuah yang dipahatkan di Batang Kayu
ditengah hutan. Petuah ini berupa petunjuk-petunjuk ringkas, misalnya gambar
panah yang menunjukan suatu daerah. Dari petunjuk-petunjuk tersebut
lama-kelamaan petuah ini dipercaya (Amanah) oleh orang-orang yang melewati
daerah ini dan kalau tidak dipatuhi atau diindahkan maka akan terjadi kesesatan
(Hukum). Setelah adanya Petuah, Amanah dan Hukum maka disempurnakan kata Malam
tadi menjadi “ Malampah “
b)
Pendapat kedua
mengatakan : bahwa penduduk yang ada di Malampah sekarang ini berasal
dari keturunan Raja di Pagaruyung. Dalam cerita atau pameo, Mandah Hilang
adalah seorang Puti dari Pagaruyung yang pergi merantau jauh. Dalam perjalan
merantaunya tersebut ternyata Puti menempati daerah pasaman. Kepergian Puti
dicari oleh Raja dari Pagaruyung dan mereka bertemu di Malampah. Mereka inilah
yang berkembang sampai sekarang sehingga mereka mempunyai aturan kehidupan artinya mereka hidup dan
mencari didaerah ini.
Sampai pada sekarang menjadi pameo oleh masyarakat
Malampah “ Adaik Lamo Pusako Usang, Adaik
Salingka Nagari yang dinamakan Basa
Khutub, Ulu Tompek Muaro Gunuang, Indak Bahulu ka Gunuang, Indak Bamuaro Ka
Lauik, Buek Abih Kato Sudah yang artinya adalah segala sesuatu yang mencari
perencanaan, perbuatan datau permasalahan dapat dibuat dikerjakan atau
diselesaikan oleh orang-orang yang ada di Malampah tidak meminta pendapat atau
melaporkannya keluar dari Malampah.
c)
Pendapat Ketiga mengatakan bahwa : asal usul dari
penduduk yang ada di Malampah sekarang berawal dari Pagaruyung menuju rantau
Pasaman, sampai pada sebuah sungai mereka menemukan ikan yang sangat banyak
dalam sungai tersebut. Dimana dalam
dialek atau bahasa yang digunakan alah “ Malampa
Ikannyo “ atau Ikannya banyak sehingga sungai yang ditemukan tersebut
dinamakan Sungai atau Batang Malampa. Pada masa itu belum ada pedoman atau
ketentuan dan hukum bagi orang yang menghuni Negeri ini dimana lama kelamaan
mereka tumbuh dan berkembang sehingga terbentuk sebuah perkampungan. Dalam
perkampungan tersebut mereka membuat pedoman atau aturan dimana barang siapa
yang melanggar pedoman atau aturan yang telah dibuat akan mendapat siksaan
(hukuman). Setalah pedoman atau aturan ini ada dan mereka telah melaksanakannya
baru mereka memberi nama perkampungan mereka dengan nama MALAMPAH
2.
Nagari Binjai
Menurut informasi yang diapat melalui Ninik Mamak dan
Tokoh Masyarakat Kenagarian Binjai, bahwa pada dahulunya tumbuh sebatang pohon
kayu yang sangat besar di dalam kampung yang konon kabarnya getah yang keluar
dari batang pohon tersebut mempunyai bisa yang dapat membuat orang gatal-gatal.
Masyarakat kampung binjai tersebut menamakan pohon yang tumbuh didalam kampung
mereka dengan Pohon Binjai.
Oleh karena kampung tersebut belum mempunyai nama, maka berdasarkan
hasil musyawarah dan mufakat masyarakat kampung tersebut menamakan kampung
mereka dengan nama Kampung Binjai.
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin hari
kampung tersebut semakin ramai sehingga terbentuklah sebuah kampung yang besar
dan banyak penghuninya dan dari situlah mereka menamakan kampung mereka sesuai
dengan asal pohon kayu yang tumbuh tersebut yaitu Nagari Binjai.
3.
Nagari Ladang Panjang
Menurut hikayat/ cerita dari para tokoh masyarakat
kenagarian Ladang Panjang bahwa pada masa dahulunya daerah ini cukup subur
dimana disebelah timurnya dikelilingi oleh bukit dan dibelah oleh sungai yaitu
Sungai Air Batang Patimah. Sebagian lagi daerahnya berupa daerah dataran. Di
nagari Ladang Panjang ini didiami oleh masyarakat yang berasal dari Kecamatan
yang berada di Kabupaten Pasaman dan daerah sekitarnya. Kehidupan dari
masyarakat ini hidup dengan rukun dan damai. Ekonomi pencarian masyarakat pada
masa itu hanyalah berladang padi yang berkepanjangan (selalu) dimana sawah pada
masa itu belum ada, maka dari keadaan dan situasi seperti itulah masyarakat
yang mendiami daerah ini memberi nama NAGARI LADANG PANJANG
4.
Nagari Simpang
Nama Nagari Simpang diambil dari sejarah waktu membuka
lahan pertanian dan perkampungan, dimana sewaktu pembukaan lahan tersebut
terjadi pembukaan lahan yang yang beralur-alur atau terdapat bersimpang-simpang
sehingga daerah yang baru dibuka tersebut diberi nama Daerah Simpang. Simpang
adalah persimpangan.
5.
Nagari Alahan Mati
Menurut cerita dari para tokoh masyarakat dan ninik mamak
pada Kenagarian Alahan Mati dahulu terdapat daerah yang sangat subur
dikelilingi oleh perbukitan dan dialiri oleh sungai yang jernih dan
berliku-liku. Disungai tersebut banyak terdapat ikan dan didaratan sungai
tersebut bermukim sekelompok masyarakat yang hidup rukun dan damai yang konon
berasal dari daerah Batu Sangkar. Masyarakat tersebut mempunyai lokasi
pemeliharaan ikan yang mereka menyebutnya dengan Alahan. Alahan adalah sebuah isilah untuk melarang masyarakat untuk
mengambil ikan tersebut sebelum waktu yang diperbolehkan untuk diambil. Dimana
dari hasil Alahan tersebut mereka pergunakan untuk kegiatan musyawarah. Pada suatu waktu terjadi bencana alam banjir
dan lon sor yang besar dari hulu sungai sehingga semua alahan yang dibuat oleh
masyarakat tersebut terkena oleh benacan tersebut sehingga tidak dapat
difungsikan lagi. Apabila sering terjadi banjir dan air sungai yang menjadi
kecil atau mati, masyarakat menyebutnya Alahan Lah Mati yang lama kelamaan kata
tersebut biasa mereka sebut dengan Alahan Mati yang kemudian mereka jadikan
nama pemukiman mereka atau Nagari mereka.
6.
Nagari Limo Koto
Pada zaman dahulu masyarakat yang yang tinggal di
perkampungan limo koto ini mempunyai 5 suku yaitu ; Tanjung, Koto, Melayu, Pili dan Caniago. Atas dasar kesepakatan
maka diberilah nama perkampungan tersebut Limo Koto yang artinya terdapat lima
suku yang mendiami perkampungan
tersebut.
7.
Nagari Ganggo Hilia.
Pada dahulu sebelum terjadinya perang padri yang dipimpin
oleh Peto Syarif yang dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol terjadi pembagian
wilayah oleh Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat di suatu daerah yang mana daerah
tersebut dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Ninik
Mamak / Tokoh Masyarakat sepakat menentukan satu titik untuk nenetukan daerah
yang akan dibagi yang kemudian menjadi daerah hilir dan daerah mudik. Pada saat
itu salah seorang Tokoh Masyarakat beserta Ninik Mamak menyebutkan bahwa “ Hinggo Ka Hilia “. Dari kesepakatan
itulah mereka menyempurnakan kata Hinggo tersebut menjadi kata GANGGO, sehingga
mereka menamakan daerah tersebut dengan Nama
GANGGO HILIA yang kemudian menjadi nama nagari sampai sekarang.
8.
Nagari Ganggo Mudiak
Pada dahulu sebelum terjadinya perang padri yang dipimpin
oleh Peto Syarif yang dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol terjadi pembagian
wilayah oleh Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat di suatu daerah yang mana daerah
tersebut dibagi menjadi 2 (dua) bagian.
Ninik Mamak / Tokoh Masyarakat sepakat menentukan satu titik untuk
nenetukan daerah yang akan dibagi yang kemudian menjadi daerah hilir dan daerah
mudik. Pada saat itu salah seorang Tokoh Masyarakat beserta Ninik Mamak
menyebutkan bahwa “ Hinggo Ka Mudiak
“.Dari kesepakatan itulah mereka menyempurnakan kata Hinggo tersebut menjadi
kata GANGGO, sehingga mereka menamakan daerah tersebut dengan Nama GANGGO MUDIAK yang kemudian menjadi nama
nagari sampai sekarang.
9.
Nagari Koto Kaciak
Berasal dari sebuah perkampungan yang kecil. Kampung
kecil tersebut lama kelamaan berkembang dan dihuni oleh banyak penduduk. Dari
perkembangan kamoung tersebut, para tokoh masyarakat dan ninik mamak menyepati
untuk pemberian nama kampung mereka
dengan nama KOTO KACIAK.
10.
Nagari Tanjung Beringin
Menurut hikayat/cerita yang didapat dari tokoh
masyarakat, ninik mamak Kenagarian Tanjung, dahulu terjadi perang adat yang mana mereka melarikan diri
ke rimba (hutan). Dalam pelarian mereka menemukan satu daerah untuk
perlindungan mereka atau tempat KALUA E,
begitu orang sering menyebutnya pada waktu itu yaitu TAMPEK KALUA E (Tempat Keluarnya)
karena daerah itu aman dan sejuk maka mereka membuat pemukiman untuk tempat
tinggal dengan sebutan KALUAI. Beberapa waktu kemudian tumbuhlah sebatang
pohon beringin yang rindang di ujung tanjung (daerah ketinggian diantara
dua batang aia/sungai), pohon beringin tersebut digunakan masyarakat untuk
tempat berteduh yang lama kelamaan mereka menyebut nama pemukiman mereka dari
kata Kaluai menjadi Tanjung Beringin dan masih disebut sampai sekarang
11.
Nagari Jambak
Pada dahulunya menurut hikayat dan cerita tokoh
masyarakat Nagari Jambak, mula-mulanya satu kaum yang datang dari pagaruyuang
yang bernama rajo Syahbandar dan adiknya perempuan yang bernama Intan Beludu
dan bersuku jambak satu lagi Sutan Nurul alam dan Puti sangkar bulan yang
bersuku mandahiling melalui bukit gadang dan turun pada satu tempat yang bernama pancuran ruyung yang sekarang
adalah kelarasan sundatar dari sana mereka berangkat meninggalkan tempat akan
membuat perkampungan yang mereka namakan banio tinggi, setelah lama menetap di
banio tinggi maka rajo Syahbandar kawin dengan putri sangkar bulan dan Sultan
Nurul alam dan Puti Intan beludu, pindah membuat perkampungan baru mereka
berangkat serombongan yang berjalan menelusuri hulu sungai batang sumpur dan tibalah di sebuah bukit kecil yang
berbentuk kuburan yang bernama kubua panjang lalu istirahat minum dan makan
sirih jatuh lah tutup kapur sadahnya kedalam lubuk yang sangat dalam mereka
menyebut jatuh nya sekaping maka berlanjut menjadi Lubuk Sikaping setelah
selesai istirahat mereka melanjutkan
perjalanan kearah barat menyeberangi batang sumpur dan sampai lah pada satu tempat yang mereka
beri nama bukit sangkar puyuh yang sekarang disebut Nagari Jambak.
12.
Nagari Durian Tinggi
Ada sekeluarga (kaum) datang dari sikaduduk Rao,menemui
Datuk Majo Indo di Pauh Ujuang Tanjuang bersuku orang tersebut di jadikan anak
Sako oleh Dt. Majo Indo, maka mufakatlah Dt. Majo Indo dengan Dt. Basa untuk
mencarikan tempat yaitu Durian Tinggi, karena itu daerah tersebut ada sebatang
Durian yang amat Tinggi, mereka di beri
Sako Dt. Majo Batuah.
13.
Nagari Pauah
Nama Pauah berasal dari nama jenis tanaman pohon yang
berbuah asam yang sangat dogemari. Konon
dahulunya banyak pohon ini tumbuh subur dan mempunyai batang yang sangat
besar-besar. Atas kebiasaan inilah nenek moyang masyarakat nagari memakai dan
tutur bahasa Pauah. Nenek Moyang Nagari Pauah Cantik dan Molek yang sampai
sekarang masih mempunyai Kampung Tua yang dikelilingi oleh Bukit Gadang (Bukit
Barisan) dan Bukit Kaciak (Bukit Kecil) Nagari Pauah memiliki Induak Nan Salapan
yaitu :
1.
Urang Tuo Batigo (Datuak Majoindo, Datuak Bandaro (kemenakan dari Datuak
Majoindo) dan Datuak Rajo Batembang (Anak menurut Adat yang berlaku piliang).
2.
Mamak Sara (Imam Khatib Rajo, Imam
Marajo, Khatib Bagindo Ali)
3.
Mamak Adat (Tuo Bainduak Koto, Tuo Bainduak Kampuang
Paraweh, Tua Bainduak Rajo Manyusun, Tuo Bainduak Taluak Ambun, Tuo Bainduak
Khatib Rajo, Tuo Bainduak Sutan Kumalo, Tuo Bainduak Piliang dan Tuo Bainduak
Kampuang Ateh)
Puti Sangka Bulan adalah Nenek Moyang Nagari Pauah
(Cantik dan Molek), Ketrurunan inilah adalah bersuku Mandahiling, Suami Rajo
Syahbandar yang berasal dari keturunan Luhak Agam Pagaruyuang, sepanjang Adat
Nagari Pauh hanya ada 2 suku yaitu suku Mandahiling dan piliang.Ketika
berlakunya Undang-undang nomor 5 tahun 1979 tentang pemerintah Nagari yang
aplikasinya tahun 1983, 3 jorong tersebut merupakan system pemerintahan terendah yakni pemeritah Nagari,
sedangkan, Nagari Pauh merupakan kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang di kelola
oleh Kaum Adat. Setelah di berlakuan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi
peluang kepada Daerah untuk mengatur pemerintahan terdepan sesuai dengan kreatifitas
masing-masing provinsi sumatra barat di tetapkan system pemerintahan terdepan
yaitu pemeritahan Nagari yang diatur dalam pemerintahan Daerah propinnsi
Sumatra Barat Nomor 09 Tahun 2000, sehingga pemerintahan tersebut dinamakan
dengan Nagari dan dalam pelaksanaannya bernuansa fisikolofi “ Adat Basandi
Syara’ dan Syara’ Basandi Kitabullah”
14.
Nagari Aia Manggih
Menurut cerita turun temurun yang sudah melengenda
ditenagah-tengah masyarakat Nagari Aia Manggih, Nagari Aia Manggih telah
didiami lebih kurang 4 abad yang lalu bersama datangnya VOC di Indonesia.
Dimasa perpindahan penduduk di alam Bahasa Minang Kabau dalam perluasan daerah
dan mencari tempat tinggal yang baru. B ermula dari pendatang pertama yang datang dimana terdapat sebatang pohon
manggih (Manggis) yang sangat besar berdaun lebat dan rimbun dan berbuah sangat
banyak yang tumbuh ditepi batang air (Sungai) didataran yang subur di kaki
bukit gadang (bukit barisan). Ditempat itu mereka berrmula bermukim sehingga dinamai daerah
tersebut Batang Aia Manggih (Batang Air Manggis) yang konon menurut sejarah
dari para orang tua-tua, pendatang pertama tersebut berasal dari Utara Nagari
Lasuang Batu Suku Mandah Nan Hilang ( Mandahiling ) yang kemudian bertambah
menjadi 4 Kampung yaitu ; Ambacang
Anggang, Rumah Nan XXX, Kampung Nan VI dan Padang Sarai yang dipimpin oleh Pucuk Adat yang bergelar DATUAK
SATI.
15.
Nagari Sundata
Menurut cerita/hikayat dari Tokoh Masyarakat Nagari Sundata berawal dari kedatangan
seorang Raja yaitu seorang Raja Syahbandar yang turun dari Kerajaan Pagaruyung
Ujung Darek Kapalo Rantau dan Raja tersebut mencari dataran tinggi yang belum
ada penghuninya sama sekali, supaya di dataran tinggi tersebut anak cucu raja tersebut dapat tinggal dan menetap
sehingga dinamakanlah Banio Tinggi.
Dengan berkembangnya cucu serta kemenakan dari Raja
tersebut, maka mulailah mereka berusaha untuk mencari nafkah hidup bagi
keluarga dan seluruh dataran yang ada mereka tanami dengan tanaman yang bernama
DASUN. Maka sejauh mata memandang dataran-dataran tersebut penuh dengan tanaman
Dasun sehingga dinamailah dengan Sundata (Tanaman Dasun Yang Datar).
16.
Nagari Panti
Penamaan Panti berasal dari Kata pantai karena menurut
para tokoh masyarakat dan ninik mamak Panti, Nagari Panti ini seperti sebuah
pantai yang luas sehingga apabila ingin melihat pantai dapat dilihat dari
kampung maninjau panti. Kata pantai
tersebut lama kelamaan menjadi Panti karena memang wilayah Panti tak memiliki
Pantai, Cuma daerah Panti menyerupai pantai sehingga berubahlah kata pantai
tersebut menjadi PANTI.
17.
Nagari Simpang Tonang
Menurut informasi yang didapat dilapangan, bahwa pada
dahulunya terdapat sebuah persimpangan yang dihuni oleh beberapa kepala
keluarga yang hidup rukun, damai dan tenang.
Karena lama kelamaan daerah yang mereka huni bertambah
penduduknya dan semakin ramai maka para ninik mamak dan pemuka masyarakat yang
menghuni daerah persimpangan tersebut sepakat untuk memberi nama mereka dengan
nama Simpang yang Toang (Simpang yang tenang).
Untuk menyempurnakan penamaan daerah mereka, maka Simpang
yang tonang tersebut mereka sempurnakan lagi menjadi Sipmang Tonang yang mana
artinya adalah Sebuah persimpangan yang tenang.
18.
Nagari Cubadak
·
Fersi I : Berasal dari sebuah nama buah-buahan yaitu
cubadak yang bergetah banyak. Cubadak ini dalam bahasa indonesia adalah Nangka
dimana Nangka ini cukup banyak
mengandung getah.
·
Fersi II : Nagari ini memiliki ciri khas tersendiri,
yang tidak dimiliki oleh nagari lain. Penduduknya mayoritas Mandahiling. Bahasa
yang digunakan Bahasa Mandahiling pula dengan logat terkenalnya kanen. Sementara dalam adatnya mereka memakai
adat Minang Kabau.
Dalam sistem perkawinan memakai adat
sumando. Hal ini sejarahnya diawali dari Pemerintahan pertama Raja Sontang
beserta kaumnya di koto tinggi terletak 1,5 Km dari Ulu Sontang sekarang.
Raja pertama bernama Raja Gunung
Maleha di Koto Tinggi selanjutnya Raja Sipahutar, kemudian Raja Labiah dan
barulah sejak itu bernama Raja Sontang.
Raja-raja ini beserta kaumnya
berbahasa Mandahiling dan adat istiadatnya Manjujur yaitu mengambil garis
keturunan dari Bapak. Kata Sontang berasal dari kata Ontang yang berarti yang
dibawa bersama-sama dan kemudian berubah menjadi kata Sontang dan rajanya pada
waktu itu disebut Raja Sontang atau Raja yang disamakan.
Raja Sontang disamakan dgn Raja Lelo
di Sikaduduk dan berubah adat istiadat menjadi adat istiadat Minang yang
disaksikan oleh utusan khusus Raja Pagaruyung yang sengaja diutus kedaerah itu.
Dan merubah adat istiadat dari
Manjujur keadat istiadat Minang yaitu Sumando sementara bahasanya tetap bahasa
mandahiling dengan logat yang khas.
Perpindahan Raja Sontang ke Cubadak
dimulai setelah mendapatkan daerah temuan baru oleh pegawai raja yang bernama
Sigadumbang.
Bukit Sontang yang kemudian bernama
Cubadak seterusnya Simpang Tonang, Silalang, Lanai Sinuangon dan lainnya.
Karena wilayah baru lebih luas dari
wilayah Sontang maka Tengku Raja Sontang pindah ke Cubadak. Maka jadilan
Cubadak sebagai perkampungan besar, saat ini dengan jumlah penduduk 14.357
jiwa.
Namun demikian Raja Sontang tetap
datang ke Sontang. Saat ini yang menjabat Raja Sontang bertempat tinggal di
Pasar Cubadak. Karena Cubadak merupakan daerah temuan, maka Sontang adalah
daerah “Natoras” dalam bahasa Indonesia artinya yang tua.
19.
Nagari Padang Gelugur
Berasal dari Kata Asam Gelugur dan Ilalang. Daerah ini
dahulunya berupa ilalang yang sangat subur dimana disekitar padang ilalanmg tersebut
tumbuh seb atang pohon asam gelugur. Ilalang yang tumbuh berdampingan dengan
pohon asam gelugur ini tingginya hampir menyamai tinggi dari pohon asam gelugur
tersebut. Berdasarkan hasil musyarawah para tokoh masyarakat dan ninik mamak
maka diberikan nama untuk Nagari Padang Gelugur.
20.
Nagari Lansek Kadok
Dahulu ada sebuah daratan rendah dimana tumbuh dan hidup
sebatang pohon lansek sejenis pohon buah-buah (duku) yang tumbuh berdampingan
dengan pohon dodok. Pohon lansat yang tumbuh dekat pohon dodok tersebut sering
buah walaupun tidak pada musimnya, dimana dibawah pohon lansat dan pohon
dodok tersebut pertama kali orang
mendirikan sebuah rumah.
21.
Nagari Lubuk Layang
Dahulu terdapat sebuah lubuah (sungai yang dalam) atau
sebuah pemandian bagi keluarga raja dilembah perkampungan dimana sungai
tersebut mempunayi air yang sangat jernih sehingga kelihatan bebatuan yang
terdapat pada dasar sungai tersebut. Lubuka atau sungai ini sangat te duh oleh
pepohonan yang tumbuh disekitarnya. Diatas permukaan lubuak atau sungai ini
sering beterbangan burung layang-layang. Penamaan Lubuak Layang ini terkenal
karena Lubuak yang banyak burung layang-layangnya yang lama kelamaan masyarakat
memberikan nama Lubuak Layang sehingga menjadi menjadi nama sebuah nagari yaitu
LUBUAK LAYANG.
22.
Nagari Tanjung Betung
Dahulu terdapat sebuah tanjung yang menjorok yang banyak
ditumbuhi oleh pohon betung. Bvetung adalah semacam pohon bambu yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya untuk membuat pagar. Pohon bambu
ini banyak tumbuh dan menjorok kearah tanjung sehingga masyarakat memberikan
nama untuk nagari mereka Tanjung Betung.
23.
Nagari Padang Mentinggi
Nagari Padang Mentinggi adalah Taratak menjadi kampung,
kampung menjadi Nagari, pada setiap kampung di tumbuhi Padang ilalang yang
sangat luas, di sini terlahir seorang
manusia yang sangat Kiramat yaitu Tuaku Rao dan Bagindo Suman bertepatan di
Jorong I Padang Mentinggi, dalam sejarah perjuangan Tuanku Rao dan Bagindo
Suman melawan penjajahan kolonial Belanda dengan pola perang Paderi, pada waktu
itu Tuanku Rao terkepung oleh pasukan Belanda, dalam situasi tersebut Tuanku
Rao sulit keluar dalam kepungan pasukan Belanda, pada saat terkepungnya Tuanku
Rao, maka tumbuhlan Padang Ilalang yang sangat tinggi sehingga sulit pasukan
Belanda untuk menemukan Tuanku Rao, dan Tuanku Rao membangun benteng di tengah
hamparan Padang Ilalang yang sangat luas tersebut. Maka dibuatlah nama Nagari dari kata Padang
Mentinggi.
24.
Nagari Tarung-tarung
Pada suatu waktu dizaman dahulu beberapa kelompok masyarakat
yang berada diatas bukit Sijangkang yang mana diwaktu itu tidak ada untuk
dimakan atau dibuat untuk di gulai atau untuk dibuat lauk pauk. Dari situ mereka menemukan sebuah batang
terong yang buahnya sangat besar.
Dari beberpa orang dimasing-masing digulai dan dimakan
tidak habis-habis. Berangkat dari penemuan tersebut mereka sepakat untuk
memberi nama nagari atau daerah mereka TARUANG-TARUANG.
25.
Nagari Koto Rajo
Pemberian nama Koto Rajo berasal dari para raja yang
berasal dari kerajaan Pagaruyung yang dijemput untuk disembah atau dijadikan
Raja sehingga menjadikan te rmpat bermukimnya para raja tersebut. Adapun para
raja yang dijemput dan disembah tersebut ada empat orang raja yaitu :
1.
Dt. Nachodo Rajo (
Melayu )
2.
Dt. Majo Pari ( Ampu )
3.
Dt. Bandaro ( Kondang Kopuah )
4.
Dt. Koto Bangun (
Mandailing )
26.
Nagari Languang
Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat bahwa pada
dahulunya tumbuhlah sebuah pohon kayu yang sangat rindang. Kayu tersebut mereka
namakan dengan pohon languang. Pada suatu ketika banyak orang yang berteduh dan
ada beberapa penduduk untuk membuat tempat peristirahatan berupa gubuk-gubuk
kecil disekitar pohon tersebut yang lama kelamaan daerah disekitar pohon
tersebut menjadi ramai dan terbentuklah sebuah perkampungan.
Suatu ketika para tokoh masyarakat melakukan musyawarah
untuk memberi nama kampung mereka. Dari hasil musyawarah tersebut mereka
sepakat untuk memberi nama perkampungan mereka dengan nama LANGUANG sesuai
dengan nama pohon kayu yang tumbuh ditengah perkampungan mereka tersebut.
27.
Nagari Koto Nopan
Pada dahulu sebagian masyarakat yang mendiami Nagari Koto
Nopan ini berasal dari Kota Nopan Sumatera Utara. Mereka pergi untuk mencari
daerah yang baru maka bertemu pada sebuah daerah yang datar yang cocok
dijadikan untuk pemukiman. Maka atas kesepakatan masyarakat tersebut mereka
sepakat untuk memberi daerah yang mereka temukan tersebut sama dengan nama
daerah asalnya yaitu Koto Nopan.
28.
Nagari Muara Tais
Nagari Muara Tais pertama sekali dihuni oleh orang Batak
Kuno yang kemudian turun dari Pagaruyung orang 4 Suku dengam membawa rombongan.
Rombongan tersebut menanam labu dihulu air tais yang dahulunya namanya Air Batu
Hitam yang lama kelamaan setelah labu yang ditanam tersebut menghasilkan buah
dan besar kemudian direbus dalam jumlah
yang banyak. Dalam rebusan labu tersebut airnya berwarna kuning yang disangka
oleh penduduk batak kuno menyangka bahwa orang minang banyak yang kemudian
penduduk batak kuno tersebut meninggalkan daerahnya.
Dalam peninggalan orang batak kuno tersebut mereka
menamakan daerah mereka dengan nama Air Taik yang akhirnya diperbaiki menjadi
Air Tais yang muranya juga dinamakan Muara Tais.
29.
Nagari Pintu Padang
Pada zaman dahulu kala ada sekelompok orang yang datang
dari Pagaruyung dan menetap atau tinggal dipinggiran sungai Limbako yang diberi
nama Koto Sawah. Lama kelamaan karena orang tersebut bertambah banyak dan untuk
meperluas daerah kekuasaan orang tersebut bergerak kearah selatan yang diberi
nama dengan Pintu Padang. Sebelum mereka memasuki Pintu Padang tersebut mereka
menempuh hamparan padang yang sangat luas berada dipuncak bukit yang tinggi
selalu ditiup angin (sekarang dinamakan dengan Bukit Tujuh).
30.
Nagari Lubuk Gadang
Menurut cerita
orang tua nagari Lubuk Layang pada awalnya dating beberapa orang ke Kampung (Lubuk
GadanG) untuk mencari tempat pemandian. Dalam pencarian mereka menemukan suatu
tempat yang airnya tenag, dalam dan menempati lokasi yang sangat luas (agak
menjorok/masuk ke darat) yang kemudian mereka bersama-sama dan sepakat untuk
memberikan nama tempat pemandian yang mereka temukan tersebut Lubuak gadang
(Lubuk Gadang) dan pada akhirnya tempat tersebut menjadi nama sebuah kampong
yang melekat sampai sekarang.
31.
Nagari Silayang
Pada awalnya penduduka nagari silayang ini berasal dari dua orang bersaudara yakni Siak Sutan dan Sutan
Siak yang bergelar rajo Singo Mendeku beserta adik kemenakannya yang bersuku melayu, berangkat dari
Pagaruyung
dengan tujuan memperluas daerah dan mendapatkan tanah
ulayat. Dari Pagaruyung terus ke arah Barat dan bertemu dengan Sungai Rokan dan
menelusurinya hingga ke hulu sehingga sampai
di daerah Sumpur ( Rao Sekarang ). Setelah sampai diteluk mereka terus
naik keatas melewati Bukit Barisan dan bertemulah sebatang sungai yang kemudian
disebut Batang Silayang hingga sampai ke
hulu sungai tersebut. Namun sebelum mereka sampai kehulu mereka membuat
perkampungan di Muara Sungai Mantundak yang dinamakan dengan Kampung Lamo. Asal
mula nama Silayang berasal dari kata Indayang dimana ketika berjalan ke hulu
sungai Sutan Siak dan Siak Sutan menemukan selembar daun indayang kelapa di
titian batu sementara pohon kelapa tidk ada tumbuh ditempat tersebut, maka
diberilah nama daerah itu dengan nama SILAYANG.
32.
Nagari Muaro Sungai Lolo
Penduduk pertama yang men diami daerah ini adalah suku
Piliang yakn i Puti Sangkar Wulan dengan rombongannya yang berasal dari Tabek
Patah (Pariaman) kemudian singgah di Jambak dan Sundatar (Lubuksikaping) dan
tersu mendaki melewati Bukit Barisan dan bertemu dengan hulu sungai Kampar dan
terus menelusuri Sungai tersebut kerah hilir sampai rombongan tersebut
menemukan daerah daratan yang bagus untuk perkampungan. Setelah membenahi
perkam-pungan barulah datang Suku Melayu yang berasal dari Seberuang yang
bergelar Datuk Singo Mondenden (Bujang Korih) anak dari Alam Sengkuni yang
berasal dari Pagaruyung.
Datuk Singo Mondenden mengaku bahwa kampung yang telah
dihuni oleh Suku Piliang dan Suku Mandailing itu adalah tanah ulayatnya setelah
beluai memberikan bukti sebatang pohon besar bekas tebangan di dekat Lubuk Muaro.
Pertemuan Sungai Batang Lolo dan Sungai
Kampar sehingga suku Piliang dan Suku Mandailing mengakuinya sebagai Mamak dan
sejak itu kampung tersebut dinamakan Muaro
BAB V
DATA RUPA BUMI
Berikut ini kami sajikan data rupa bumi
alami yang ada di Kabupaten Pasaman antara lain :
1.
Sungai
No
|
KECAMATAN
|
S U N G A I
|
|||
1
|
Kec. Tigo Nagari
|
1
|
Air Paku Tunggak
|
32
|
Paraan Sirih
|
2
|
BT. Kuriman
|
33
|
Air Pantau
|
||
3
|
Air Paraman Cigak Putih
|
34
|
BT. Kinandam Dareh
|
||
4
|
Air Paraman Cigak Sirah
|
35
|
Air Manis -manisan
|
||
5
|
Paraman Cigak
|
36
|
Air Paraman
|
||
6
|
Sungai Limau
|
37
|
Air Palancah
|
||
7
|
BT. Air Angek
|
38
|
Air Garingging
|
||
8
|
Air Takih
|
39
|
BT. Malampah
|
||
9
|
Air Jarak
|
40
|
Air Pandaringan
|
||
10
|
Anak Air Baco
|
41
|
Air Pandaluran
|
||
11
|
BT. Lapo
|
42
|
Air Batu Hitam
|
||
12
|
Anak Air Lapo
|
43
|
BT. Lindai
|
||
13
|
BT. Landu
|
44
|
Air Batu Karuik
|
||
14
|
BT. Maluah
|
45
|
BT. Ungka
|
||
15
|
BT. Kumpulan
|
46
|
BT. Patimah
|
||
16
|
Air Silang
|
47
|
Air Katahanan
|
||
17
|
Air Kilangan
|
48
|
BT. Sukun
|
||
18
|
BT. Paraman
|
49
|
BT. Barameh
|
||
19
|
BT. Likek Mati
|
50
|
Air dingin
|
||
20
|
Air Lundang
|
51
|
BT. Talo
|
||
21
|
BT. Langkok
|
52
|
Air Pagadih
|
||
22
|
Air Malang
|
53
|
Air Tantang
|
||
23
|
Air Landu
|
54
|
Air Sobonson
|
||
24
|
Air Caruik
|
55
|
Air Bambu
|
||
25
|
BT. Bangan
|
56
|
BT. Masang
|
||
26
|
Air Tarantang Tunggang
|
57
|
BT. Kilangan
|
||
27
|
Air Cangkuak
|
58
|
BT. Kulorian
|
||
28
|
BT. Tapa
|
59
|
BT. Sijangek
|
||
29
|
Air Kajai
|
60
|
Air Hangat
|
||
30
|
BT. Sarik
|
61
|
Air Baung
|
||
31
|
Paraman Sirah
|
||||
2
|
Kec. SIMPATI
|
1
|
BT. Alahan Panjang
|
15
|
Aia Paku
|
2
|
Bair Baling
|
16
|
Air Bula'an
|
||
3
|
Aia Simpang
|
17
|
BT. Sariak
|
||
4
|
BT. Sunai
|
18
|
BT. Langkuit
|
||
5
|
BT. Marambung
|
19
|
Air Pinang
|
||
6
|
BT. Lasi
|
20
|
BT. Kularian
|
||
7
|
BT. Limau Karetan
|
21
|
Air BT. Baririk
|
||
8
|
Anak Air Duku
|
22
|
BT. Kinandam
|
||
9
|
BT. Simpai
|
23
|
BT. Manggia
|
||
10
|
Air Talungguakan
|
24
|
BT. Bindalik
|
||
11
|
Aia Ateh Batu
|
25
|
BT. Ligi Gadang
|
||
12
|
BT. Ligi Kaciak
|
26
|
BT. Kasok
|
||
13
|
Aia Pamiciakan
|
27
|
BT. Ligi Kaciak
|
||
14
|
BT. Pulan
|
28
|
Aia Marambuang
|
||
3
|
Kec. Bonjol
|
1
|
Air Talang
|
28
|
BT. Manggani
|
2
|
Air Mumpak Kaciak
|
29
|
BT. Rambutan
|
||
3
|
Air Mumpak Gadang
|
30
|
BT. Sikaciak
|
||
4
|
Air Tandikek
|
31
|
BT. Musus
|
||
5
|
Air Abu
|
32
|
BT. Alahan Panjang
|
||
6
|
Air Dareh
|
33
|
BT. Laring
|
||
7
|
Air Biso
|
34
|
BT. Sunai
|
||
8
|
Air Kijang
|
35
|
BT. Marambung
|
||
9
|
Air Baling
|
36
|
BT. Langkuih
|
||
10
|
Air Simpang
|
37
|
BT. Kularian
|
||
11
|
Air TAlang
|
38
|
BT. Ligi Kaciak
|
||
12
|
Air Paku
|
39
|
BT. Ligi Gadang
|
||
13
|
Air Abu
|
40
|
BT. Timaran
|
||
14
|
Air Pamicikan
|
41
|
BT. Lasi
|
||
15
|
Air Bula'an
|
42
|
BT. Limau Kareh
|
||
16
|
Air Putiah
|
43
|
BT. Kinandam
|
||
17
|
Air Tawar
|
44
|
BT. Manggila
|
||
18
|
Air Tapa Gadang
|
45
|
Bindalik Kaciak
|
||
19
|
Air Tapa HitamAir Angek
|
46
|
Bindalik Gadang
|
||
20
|
Air Pinang
|
47
|
BT. Kasok
|
||
21
|
Air BT. Baririk
|
48
|
BT. Bindalik
|
||
22
|
Air Panao
|
49
|
BT. Ambacang
|
||
23
|
Air Talunggukan
|
50
|
BT. Simpai
|
||
24
|
Air Ateh Batu
|
51
|
BT. Air Talang
|
||
25
|
Anak Air Duku
|
52
|
BT. Sariak
|
||
26
|
Sungai Landai
|
53
|
BT. Bubus
|
||
27
|
BT. Marumuak
|
||||
4
|
Kec. Lubuk Sikaping
|
1
|
BT. Sumpur
|
15
|
BT. Sopan
|
2
|
BT. Anang
|
16
|
Air Tabek
|
||
3
|
BT. Pakau
|
17
|
BT. Tikalak
|
||
4
|
BT. Silasung
|
18
|
BT. Marumuak
|
||
5
|
BT. Paninggalan
|
19
|
BT. Pegang
|
||
6
|
BT. Mauah
|
20
|
BT. Panjagoan
|
||
7
|
Air Betung
|
21
|
Air Mundek
|
||
8
|
BT. Astum
|
22
|
BT. Pamenan
|
||
9
|
BT. Dalik
|
23
|
Sungai Durian
|
||
10
|
BT. Paraman Dareh
|
24
|
Air Kampung Padang
|
||
11
|
BT. Pamikin
|
25
|
BT. Pangariang
|
||
12
|
BT. Mapun
|
26
|
BT. Sabangka
|
||
13
|
BT. Mapun Sani
|
27
|
|||
14
|
Air Lunak
|
28
|
|||
5
|
Kec. Panti
|
1
|
BT. Panti
|
10
|
Air Panjang
|
2
|
BT. petok
|
11
|
Air Mati
|
||
3
|
Air Salo
|
12
|
Air Padang
|
||
4
|
BT. Sanik
|
13
|
Air Kajai
|
||
5
|
BT. Pagadis
|
14
|
BT. Kuamang
|
||
6
|
BT. Mapun
|
15
|
BT. Tambangan
|
||
7
|
Air Rambah
|
16
|
BT. Piagan
|
||
8
|
BT. Lundar
|
17
|
Sungai Sorik
|
||
9
|
Air Lambak
|
||||
6
|
Kec. Dua Koto
|
1
|
BT. Pasaman
|
5
|
Aek Batu Rane
|
2
|
BT. Barilas
|
6
|
BT. Tuhur
|
||
3
|
BT. Andilan
|
7
|
BT. Bahanon
|
||
4
|
BT. Silalang
|
||||
7
|
Kec. Padang Gelugur
|
1
|
BT. Sontang
|
2
|
BT. Rambah
|
8
|
Kec. Rao Selatan
|
1
|
BT. Beringin
|
5
|
BT. Abam
|
2
|
BT. Sumpur
|
6
|
Air Dareh
|
||
3
|
BT. Nyiur
|
7
|
BT. Timbuli
|
||
4
|
Air Gamuruah
|
8
|
Air Ruang
|
||
9
|
Kec. Rao Utara
|
1
|
BT. Lubuah
|
27
|
BT. Kayu Ambon
|
2
|
Air Sulang Aling
|
28
|
BT. Padang Baigan
|
||
3
|
Sungai Deras
|
29
|
BT. Dolok Kijang
|
||
4
|
BT. Asik
|
30
|
BT. Hulku Sei. Jantan
|
||
5
|
Air Sontang
|
31
|
Air Sidoras
|
||
6
|
Air Rogas
|
32
|
BT. Coundong
|
||
7
|
Air Silango
|
33
|
BT. Kubangan Badak
|
||
8
|
Air Parlauyan
|
34
|
Air Simpang Kalam
|
||
9
|
Air Kiawai
|
35
|
Air Kamai
|
||
10
|
Air Sibungkur
|
36
|
Air Lakopah
|
||
11
|
Air Mangkais
|
37
|
BT. Gelulango
|
||
12
|
Air Mago
|
38
|
BT. Tebing Tinggi
|
||
13
|
Air Sikincir
|
39
|
BT. Mangkais
|
||
14
|
Air Kubu Tuo
|
40
|
BT. Rimbo Salak Lawas
|
||
15
|
Air Tour
|
41
|
BT. Kumpal
|
||
16
|
Air Simamurai
|
42
|
Air Dingin Gadang
|
||
17
|
Air Pandak
|
43
|
Air Butah
|
||
18
|
Air Perais
|
44
|
Air Silunau
|
||
19
|
Air Somamonen
|
45
|
Air Tingkaruak
|
||
20
|
Air Abam
|
46
|
Air Langkuik
|
||
21
|
BT. Tampang
|
47
|
Air Sibuhuan
|
||
22
|
BT. Siluar
|
48
|
Air Sipahoma
|
||
23
|
BT. Luncung
|
49
|
Air Nalemu
|
||
24
|
BT. Siligaro
|
50
|
Air Putih
|
||
25
|
BT. Bacahan
|
51
|
Air Sitamsiambiring
|
||
26
|
BT. Tojam
|
52
|
Air Nabana
|
||
10
|
Kec. Rao
|
1
|
BT. Sibinail
|
8
|
Air Sikadondong
|
2
|
Air Kapesong
|
9
|
Air Sinyamuak
|
||
3
|
Air Sogar
|
10
|
Losuang Air
|
||
4
|
BT. Cubadak
|
11
|
Lurah Harapan Baru
|
||
5
|
BT. Simisuah
|
12
|
Lurah Rangkuli
|
||
6
|
BT. Tingkarang
|
13
|
Lurah Baypas
|
||
7
|
Air Smaroken
|
14
|
Sungai Manis
|
||
11
|
Kec. Mapat Tunggul
|
1
|
BT. Sumpur
|
4
|
Air Tais
|
2
|
BT. Tibawan
|
5
|
Air Lobang
|
||
3
|
Air Gagak
|
6
|
Air Limbako / Ampolu
|
||
12
|
Kec. MT Selatan
|
1
|
BT. Kampar
|
8
|
Air Sialang
|
2
|
BT. Lolo
|
9
|
Air Sopan
|
||
3
|
BT. Silayang
|
10
|
Sungai Tuar
|
||
4
|
BT. Timbulan
|
11
|
Sungai Maringging
|
||
5
|
Air Pangian
|
12
|
Air Celang
|
||
6
|
Air Mantuadak
|
13
|
BT. Pamali
|
||
7
|
Sungai Apan
|
||||
Sumber : Data
Pemerintah Kecamatan
2.
Gunung / Bukit / Lembah
No
|
Kecamatan
|
Nama Gunung
|
Tinggi (m)
|
1
|
Kec. Tigo Nagari
|
||
2
|
Kec. Simpang Alahan Mati
|
||
3
|
Kec. Bonjol
|
Ambun
|
2,060
|
4
|
Kec. Lubuk Sikaping
|
Tambin
|
2,271
|
No
|
Kecamatan
|
Nama Gunung
|
Tinggi (m)
|
5
|
Kec. Panti
|
||
6
|
Kec. Dua Koto
|
Gunung kelabu
|
700
|
Gunung Sigapuak
|
729
|
||
7
|
Kec. Padang Gelugur
|
||
8
|
Kec. Rao Selatan
|
||
9
|
Kec. Rao
|
||
10
|
Kec. Rao Utara
|
Malenggang
|
1,630
|
Gugus Bukit Barisan
|
|||
11
|
Kec. Mapat Tunggul
|
||
12
|
Kec. Mapat Tunggul Selatan
|
||
Sumber : Data
Pemerintah Kecamatan
BAB VI
GEOGRAFIS KECAMATAN
1.
Geografis Kecamatan Tigo Nagari
Kecamatan Tigo Nagari merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
Kabupaten Pasaman dimana Kecamatan Tigo Nagari mempunyai luas wilayah 352,92 Km2 yang terdiri dari 3 Nagari.
Secara geografis Kecamatan Tigo Nagari berada pada koordinat :
TM0-30 : (X) 150746
(Y)
1494728,
Koordinat UTM : (X) 617680
(Y) 9994728
Koordinat Geodetik :
Lintang 000
2’ 51,65’
Bujur 1000 03’ 27,01“
Kecamatan Tigo Nagari berada pada ketinggian antara 50 meter sampai dengan
2.912 meter diatas permukaan laut dengan luas daerah 352,92 Km2.
Wilayah Kecamatan Tigo Nagari merupakan wilayah atau Kecamatan Barat dari
Kabupaten Pasaman yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara :
Kecamatan Lubuk Sikaping dan
Kabupaten
Pasaman Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Simpang Alahan Mati
Sebelah Selatan : Kabupaten Agam
Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman Barat.
2.
Geografis Kecamatan Simpang Alahan Mati.
Kecamatan Simpang Alahan Mati yang
mempunyai luas 69,56 Km2 dengan ketinggian dari permukaan laut 100 –
890 dpl. Kecamatan Simpang Alahan Matri berada pada koordinat
TM0-30
: (X) 163347
(Y)
11499286
Koordinat
UTM : ( X) 630279
(Y) 9999286
Koordinat
Geodetik :
Lintang 000 00’ 23,35’
Bujur 1000 10’ 14,55“:
Kecamatan Simpang Alahan Mati
mempunyai 2 nagari yaitu Nagari Simpang dan Nagari Alahan Mati dan berbatasan
dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Tigo Nagari
Sebelah Timur : Kecamatan Bonjol
Sebelah Selatan : Kecamatan Bonjol
Sebelah Barat : Kecamatan Tigo Nagari
3.
Geografis Kecamatan Bonjol
Kecamatan merupakan kecamatan yang
dilalui oleh garis khatulistiwa. Kecamatan ini juga merupakan asal dari
pahlawan Tuanku Imam Bonjol. Kecamatan Bonjol
mempunyai luas wilayah seluas 194,32 Km2 yang berada pada dengan
posisi koordinat :
TM0-30
: (X)
168708
(Y)
1498141
Koordinat
UTM : (X) 635640
(Y)
9998141
Koordinat
Geodetik : Lintang 000 01’ 0,53’
Bujur 1000 13’ 7,94“:
Kecamatan Bonjol berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Lubuk
Sikaping
Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Alahan Mati
Sebelah Selatan : Kabupaten Agam
Sebelah Timur : Kabupaten
Lima Puluh Kota
4.
Kecamatan Lubuk
Sikaping.
Kecamatan Lubuk
sikaping merupakan Ibukota dari Kabupaten Pasaman dimana Kecamatan Lubuk
Sikaping berada berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Panti
Sebelah Selatan : Kec. Bonjol dan Kec. Tigo Nagari
Sebel;ah Barat : Kec. Tigo Nagari dan Ka. Pas_Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Kecamatan Lubuk Sikaping berada pada Koordinat :
TM0-30 : (X) 161250
(Y) 1519196
Koordinat UTM : (X) 628182
(Y) 19193
Koordinat Geodetik : Lintang 000 10’ 25,02”
Bujur 1000 09’ 6,73 “:
Kecamatan Lubuk Sikaping mempunyai luas 346,50 Km2 dengan ketinggian
275 – 2.340 meter diatas permukaan laut.
5.
Kecamatan Panti.
Kecamatan Panti berada pada ketinggian
221 – 1.521 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 212,95 Km2 yang berbatasan
dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Gelugur
Sebelah Selatan : Kecamatan Lubuk
Sikaping
Sebel;ah Barat : Kecamatan Mapat
Tunggul Selatan
Sebelah Timur : Kecamatan Dua Koto
Letak Kecamatan Panti terletak
pada dengan koordinat :
TM0-30 : ( X) 190724
(Y) 1540008
Koordinat UTM : (X) 617655
(Y)
40001
Koordinat Geodetik : Lintang 000 21’
42,64”
Bujur 1000 03’ 26,27 “:
Kecamatan Panti dengan alamnya yang masuk ke dalam Hutan Cagar Alam dengan
yang dikenal dengan Cagar Alam Rimbo Panti dimana didalam kawasan alam tersebut terdapat sumber air panas. Cagar Alam Rimbo Panti ini dijadikan
objek wisata untuk Kabupaten Pasaman.
Di Kecamatan Panti juga terdapat unsur rupabumi yang dibuat oleh manusia
yaitu suatru bendungan yang mengalairi persawahan mulai dari Kec. Panti sampai
ke Kec. Rao dengan nama Ben Bendungan Panti – Rao.
6.
Kecamatan Dua Koto
Kecamatan Dua Koto yang merupakan daerah
paling barat dari Kabupaten Pasaman dimana luas wilayah Kecamatan Dua Koto
seluas 360,63 Km2 yang berbatasan langsung dengan :
Sebelah Utara : Kab. Madina Prop. Sumut
Kec.
Rao dan Kec. Rao Selatan.
Sebelah Selatan : Kec. Talamau Kab. Pasaman Barat
Sebel;ah Barat : Kec. Gunung Tuleh Kab. Pas-Barat
Sebelah Timur : Kec. Panti dan Kecamatan Pd. Gelugur
Kecamatan Dua Koto berada pada ketinggian 300 – 2.172
meter dari permukaan laut dengan posisi koordinat sebagai berikut :
TM0-30 : (X) 137168
(Y)
1538891
Koordinat UTM : (X) 604101
(Y)
38882
Koordinat Geodetik : Lintang 000 21’
06,25”
Bujur 990 56’ 7,84 “:
7.
Kecamatan Padang Gelugur
Kecamatan Padang Gelugur merupakan
pemekaran dari Kecamatan Panti dimana luas wilayah seluas adalah 159,95 Km2
dan berada pada ketinggian 250 – 1.220 meter dari permukaan laut dengan posisi Koordinatnya
berada pada :
TM0-30 : (X) 148647
(Y)
1449664
Koordinat UTM : (X) 615577
(Y)
9949672
Koordinat Geodetik : Lintang 000 27’ 18,9”
Bujur 1000 02’ 19,1 “
8.
Kecamatan Rao Selatan
Kecamatan mempunyai luas wilayah
seluas adalah 338,98 Km2 dan berada pada ketinggian 252 – 1.100
meter dari permukaan laut.
Kecamatan Padang Gelugur juga
merupakan Pemekaran dari Kecamatan Panti yang berada pada posisi koordinat :
TM0-30
: (X)
149663
(Y) 1555864
Koordinat
UTM : (X) 616591
(Y)
55854
Koordinat
Geodetik : Lintang 000 30’ 18,9”
Bujur 1000 02’ 51,92 “
9.
Kecamatan Rao
Kecamatan Rao merupakan kecamatan
induk dari Kecamatan Rao Selatan, Rao Utara, Mapat Tunggul dan Kecamatan Mapat
Tunggul Selatan yang dahulunya bernama Kecamatan Rao Mapat Tunggul. Kecamatan
Rao terjadi tiga (tiga) kali pemekaran kecamatan yaitu :
i.
Kecamatan
Rao dimekarkan menjadi Kecamatan Mapat Tunggul
ii.
Dari
Kecamatan Mapat Tunggul kemudian dimekarkan lagi menjadi Kecamatan Mapat
Tunggul Selatan.
iii.
Kecamatan
Rao yang menjadi Kecamatan induk dimekarkan kembali menjadi 2 (dua) kecamatan
yaitu Kecamatan Rao Utara dan Kecamatan Rao Selatan.
Adapun luas kecamatan Rao sekarang
adalah 236,18 Km2 dengan ketinggian
250 – 1.220 dpl yang terletak pada koordinat :
TM0-30
: (X) 146350
(Y)
1562086
Koordinat
UTM : (X) 613277
(Y)
62075
Koordinat
Geodetik : Lintang 000 33’ 41,43”
Bujur 1000 01’ 04,76 “
Kecamatan Rao merupakan Kecamatan
dimana berasal seorang pahlawan yang bernama Tuanku Rao.
Kecamatan Rao berbatasan
dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Madina Prop. Sumut
Sebelah Selatan : Kecamatan Rao Selatan
Sebelah Timur : Kec. Rao Selatan dan Rao Utara
Sebelah Barat : Kecamatan
Dua Koto
10.
Kecamatan Rao Utara
Kecamatan Rao Utara merupakan
Kecamatan Pemekaran dari Kecamatan Rao dimana terletak pada titik koordinat :
TM0-30
: (X) 146918
(Y) 1570353
Koordinat
UTM : (X) 613842
(Y) 70340
Koordinat
Geodetik : Lintang 000 38’ 10,65”
Bujur 1000 01’ 23,10 “
Kecamatan Rao Utara mempunyai luas
lebih kurang 598,63 Km2 dengan ketinggian 360 – 1.886 darei
permukaan laut. Kecamatan ini juga mempunyai tiga Nagari yaitu : Nagari Koto Rajo, Nagari Languang dan Nagari
Koto Nopan.
Di Kecamatan Rao Utara terdapat sebuah Gunung yang bernama Gunung
Malenggang dengan ketinggian 1.630 dan dilintasi oleh bukit barisan.
Kecamatan Rao Utara berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kab. Madina dan Kab. Padang Lawas
Prop. Sumut
Sebelah Selatan : Kec. Rao Selatan da Kecamatan Rao
Sebelah Timur : Kecamatan Mapat Tunggul
Sebelah Barat : Kecamatan Rao
11.
Kecamatan Mapat Tunggul
Kecamatan Mapat Tunggul yang dahulunya
merupakan satu Kecamatan dengan Kecamatan Rao Mapat Tunggul dan setelah
pemekaran diberi nama Kecamatan Mapat Tunggul yang terlertak di ketinggian 150
– 2.281 dari atas permukaan laut. dengan luas wilayah seluas 605,29 Km2
dengan ibukota Kecamatan Guo Siayuang
Kec. Mapat Tunggul berbatasan dengan daerah :
Sebelah Utara : Prop. Sumatera Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Sebelah Timur : Kabupaten Rokan Hulu Prop Riau
Sebelah Barat : Kecamatan Rao Utara
Kecamatan Mapat Tunggul mempunyai luas lebih kurang 605,29 Km2
dengan ketinggian dari permukaan laut 150 – 2.281 meter yang berada pada
koordinat :
TM-30 : (X) 159741
(Y) 1565122
Koordinat UTM : (X) 626665
(Y) 65114
Koordinat Geodetik : Lintang 000 35’
20,36”
Bujur 1000 08’ 17,86 “
12.
Kecamatan Mapat Tunggul Selatan
Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Mapat Tunggul yang merupakan Kecamatan paling Timur dari
Kabupaten Pasaman. Kecamatan Mapat Tunggul Selatan beribukota Silayang dengan
mempunyai 2 nagari yaitu Nagari Silayang dan Nagari Muaro Sungai Lolo.
Kecamatan ini terletak pada ketinggian
150 – 2.281 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 471,72 Km2
dengan koordinat kantor Camat terletak pada koordinat :
TM0-30 : (X) 165738
(Y) 1554146
Koordinat UTM : (X) 632664
(Y) 54140
Koordinat Geodetik : Lintang 000 29’ 22,99”
Kecamatan ini berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Mapat Tunggul
Sebelah Selatan : Kecamatan Bonjol
Sebelah Barat : Kecamatan Panti, Lubuk Sikaping
Padang
Gelugur, Rao Selatan
Sebelah Timur : Kabupaten Lima Puluh Kota dan
Kabupaten Kampar Prop. Riau