Visi Kabupaten Pasaman

Senin, 28 Februari 2011

Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Logam di Kab. Pasaman


INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL LOGAM
DI DAERAH KABUPATEN PASAMAN

 Oleh :
Hotma Simangunsong


A B S T R A C T

Activity of inventory and evaluation for metallic mineral in Kabupaten Pasaman and Kabupaten Pasaman Barat conducted by gathering of primary data / information (by  geological study area) and secondary data / information (by collected reports which have been done from both area) and also laboratory analysis.
The result of secondary data and information gathering for both area as follows :
·   Kabupaten Pasamana area consist of gold (12 locations), iron (2 locations) and galena (1 location) mineral commodities.
·   Kabupaten Pasaman Barat area consist of gold (4 locations), iron sand (1 location) and chromit (3 locations)  mineral commodities.

The geological study from Air Manggis area (Kabupaten Pasaman) indicating that this area consist of iron ore deposits with hypotetical resources  = 3,075,977 tons with rate of Fe total = 40.35 %.
The geochemical study from 38 soil samples was conducted from Batang Tongar area the results showed that anomaly of Ni > 5685.38 ppm, Cr > 4034.16 ppm, Fe > 245793.59 ppm, Mg > 15896.78 ppm and Al > 84067.99 ppm.
The result of analysis from 16 rock samples, also was conducted from Batang Tongar area showed that average value of Ni = 2421 ppm, Cr = 1064 ppm, Fe = 54000 ppm, Mg = 188941 ppm and Al = 2258 ppm.
From the anomaly of soil samples and average value of rock samples not showed the extrimly value, except from average value of  Mg in rock > 188941 ppm (> 18 %) is good value for fertilizer industry.


S A R I

 

Kegiatan inventarisasi dan evaluasi mineral logam dilakukan dengan cara pengumpulan data/informasi primer, data/informasi sekunder dan analisis laboratorium.
Hasil pengumpulan data/informasi sekunder antara lain adalah sebagai berikut :
·   Di daerah Kabupaten Pasaman terdapat terdapat bahan galian logam yang terdiri dari bahan galian emas (12 lokasi), besi(2 lokasi) dan  timah hitam (1 lokasi)
·   Di daerah Kabupaten Pasaman Barat terdapat terdapat bahan galian logam yang terdiri dari bahan galian emas(4 lokasi), kromit(3 lokasi) dan pasirbesi (1 lokasi).
Uji petik yang dilakukan didaerah Air Manggis (Kabupaten Pasaman) menunjukkan bahwa didaerah ini terdapat bahan galian logam besi dengan potensi sumber daya = 3.075.977 ton dengan kadar rata2 Fe total = 40,35 %.
Sedangkan uji petik yang dilakukan didaerah Batang Tongar (Kabupaten Pasaman Barat) berdasarkan analisis hasil laboratorium dari 38 conto tanah didapat  harga anomali unsur Ni > 5685.38 ppm, Cr > 4034.16 ppm, Fe > 245793.59 ppm, Mg > 15896.78 ppm dan Al > 84067.99 ppm. Hasil analisis dari 16  conto batuan didapat harga rata-rata unsur Ni = 2421 ppm, Cr = 1064 ppm, Fe = 54000 ppm, Mg = 188941 ppm dan Al = 2258. Dari harga anomali dan harga rata-rata tersebut tidak menunjukkan harga yang menyolok kecuali harga rata-rata Mg dalam batuan > 188941 ppm (>18 %) merupakan harga yang baik untuk dimamfaatkan dalam industri pupuk.
  

PENDAHULUAN

Untuk membatu memudahkan pemerintah Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat dalam rangka pengembangan wilayah dan menggali pendapatan asli daerah dibidang pertambangan maka bahan galian mineral logam merupakan sumber daya yang potensial untuk dimamfaatkan.
Berdasarkan penyelidik terdahulu antara lain Direktorat Sumberdaya Mineral (1981 dan 1983), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1983), PT. Mangani Mineral (1986 – 1990), PT. Antam Barisan Mining (1986 – 1990) memberikan informasi bahwa kedua daerah penyelidikan memungkinkan untuk mendapatkan bahan galian logam.

TEKTONIK

 

Secara tektonik Pulau Sumatera terbentuk sebagai akibat adanya interaksi subduksi antara Lempeng Samudera Hindia atau “Indian-Australia Oceanic Crust” dengan Lempeng Benua Asia “Asia Continental Crust” (Gambar 1).
Secara umum daerah penyelidikan dan sekitarnya termasuk dalam Zona Busur Muka dan Busur Magmatik dari Tatanan Tektonik Sumatera.

Gambar 1. Penampang Kedudukan Tektonik  P. Sumatera.
GEOLOGI
Urutan stratigrafi daerah ini dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Batuan alas malihan dan metasedimen Paleozoikum yang disebut Kelompok Batuan Tapanuli; Batuan Mesozoikum tersusun atas Batuan Metasedimen Mesozoikum-Paleozoikum dan Kelompok Batuan Woyla; Batuan Beku Paleozoikum-Mesozoikum; Batuan Beku Mesozoikum ( berumur Jura – Kapur); Batuan Intrusi Mesozoikum - Kenozoikum (Kapur - Oligosen); Batuan Sedimen Tersier (Oligosen – Miosen); Batuan gunung api Tersier (Miosen – Pliosen); Batuan Intrusi Tersier (Miosen-Pliosen); Batuan gunung api Kuarter (Plestosen – Holosen); Batuan Sedimen dan Endapan Permukaan Kuarter (Plestosen – Holosen). Peta geologi daerah ini secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.
Mineralisasi ditemukan pada daerah batuan yang berumur Perm – Jura    – Kapur, seperti batuan metasedimen Kelompok Batuan Woyla dan Kelompok Batuan Tapanuli yang diterobos oleh batuan intrusi yang berumur Oligosen – Miosen – Pliosen.
STRUKTUR
Sesar-sesar utama yang berkembang di daerah ini terdiri dari: sesar normal dan sesar mendatar/geser menganan yang umumnya berarah baratlaut – tenggara (searah dengan Sesar Semangko). Sesar-sesar ini berhubungan dengan pembentukan Batuan Intrusi Mesozoikum. Sedangkan beberapa sesar normal yang berarah relatif barat-timur, diduga erat kaitannya dengan intrusi granitik, granodiorit dan diorit Tersier dan pembentukan batuan metasedimen Mesozoikum. Sesar-sesar tersebut diperkirakan sebagai pengontrol jalannya larutan hidrotermal yang membentuk mineralisasi emas dan logam dasar di daerah penyelidikan.

Gambar 2 : Peta Geologi Daerah  Penyelidikan
UJI PETIK DAERAH AIR MANGGIS (KABUPATEN PASAMAN)
Morfologi
Morfologi di daerah penyelidikan dapat dibagi dalam dua satuan morfologi, yaitu :
·   Satuan morfologi dataran Aluvial, kenampakan morfologi daerah ini berupa dataran rendah dengan lereng datar – landai, tersusun atas endapan kipas alluvial, yang terdiri dari konglomerat, bongkah-bongkah berukuran boulder – kerikil, pasir sedang – kasar, lempung dan lumpur.
·   Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang, menempati sebagian besar luas daerah penyelidikan atau sekitar 80%. Elevasi ketinggian yang terdapat pada daerah ini berkisar 530 m sampai dengan 1620 meter diatas permukaan laut, merupakan daerah kaki Pegunungan Bukit Bariasan, tersusun atas litologi: Satuan Batuan Metasedimen Formasi Kuantan, Satuan Granit dan Satuan Batuan Vulkanik.
Stratigrafi
Urutan stratigrafi daerah ini dari yang berumur tua sampai muda adalah sebagai berikut :
·   Satuan Batuan Metasedimen Formasi Kuantan, terdiri dari batuan muskovit-biotit sekis, amfibolit, batulempung meta konglomeratik, filit, batusabak, kuarsit, batupasir meta, batugamping meta. Penyebaran satuan ini mencapai sekitar 60% dari luas daerah penyelidikan, satuan batuan ini berumur Trias – Jura.
·   Satuan Batuan Granitik, dilapangan ditemukan terdiri dari : granit, granodiorit granit porfiritik dan mikrodioritik, berumur Permo - Karbon.
·   Satuan Batuan Vulkanik, ditemukan  dilapangan  berupa lava  andesitik – basaltic, menutupi secara tidak selaras diatas intrusi Batuan Granitik dan  menurut Silitonga dan Kastowo 1975 satuan batuan ini berumur Kuarter (Plestosen – Holosen).
·   Satuan Kipas Alluvial terdiri dari konglomerat dan pasir kasar – sedang, lempung dan lumpur. Konglomerat terdiri dari material-material fragmen berukuran bongkah – kerikil, agak terkonsolidasi, tersementasi oleh lumpur dan lempung. berumur Kuarter (Plestosen – Holosen).
Struktur
Struktur geologi utama yang berkembang di daerah penyelidikan adalah Sesar Geser Turun (Sesar Oblik) yang berarah relatif barat laut –tenggara ( N 160 ° E s/d N 170° E), sesar ini searah dengan jalur utama Sesar Semangko. Indikasi sesar ini ditemukan berupa gawir yang memotong batuan granit di S. Giran dengan kedudukan N 170° E/55 °  dan di cabang kiri hulu S. Kabun Gadang kontak dengan mineralisasi Bijih Besi, dengan kedudukan gawir N 165° E/85°. Secara keseluruhan geologi daerah ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 : Geologi Daerah Air Manggis

Hasil Uji Petik
   Didaerah ini terdapat 2 endapan bijih besi, yakni bijih besi Bukit Pandahan (Bijih Besi I ), ditemukan pada puncak bukit Pandahan, terdiri dari endapan bijih primer dan endapan bijih deluvial dan endapan Bijih Besi II, dijumpai di lereng bukit  serta lembah sungai Kabun Gadang (Gambar 3).
   Potensi endapan bijih besi daerah Air Manggis masih merupakan sumberdaya hipotetik dengan rincian sebagai berikut :
·   Bijih Besi I   :
  - Bijih besi primer     = 582.167 ton
  - Bijih besi deluvial   =            249.906 ton
·   Bijih Besi II : 
  - Bijih besi primer     = 2.243.904 ton  +
                  Jumlah       = 3.075.977 ton
dengan kadar rata2 Fe total = 40,35 %.
UJI PETIK DAERAH BATANG TONGAR (KABUPATEN PASAMAN BARAT)
Morfologi
·   Satuan Morfologi Dataran, tersebar dibagian selatan dengan luas sekitar 20% dari daerah penyelidikan, elevasi ketinggian berkisar 160 m s/d 220 meter diatas permukaan laut, mempunyai kemiringan lereng datar sampai landai. sungai utama yang berkembang di daerah ini adalah Sungai Tongar, ditempati oleh satuan endapan alluvial dan Satuan Batuan vulkanik Gn. Talamau.
·   Satuan Morfologi Perbukitan, tersebar sebagian besar atau sekitar 80% dari luas daerah penyelidikan, elevasi ketinggian pada satuan ini berkisar dari 220 m s/d 820 meter diatas permukaan laut, mempunyai kemiringan lereng sedang – terjal, terdiri dari Batuan Beku Ultrabasa Dunit – Harzburgit.
Stratigrafi
Urutan stratigrafi daerah ini dari yang berumur tua sampai muda adalah sebagai berikut :
·   Satuan Batuan Ultrabasa, terdiri dari,
Harzburgit, ciri litologi batuan ini  berwarna abu-abu gelap kehijauan, komposisi olivine dan piroksen, sebagian ditemukan telah mengalami ubahan serpentinisasi, terkekarkan kuat. Penyebaran litologi ini sekitar 65 % luas daerah penyelidikan, mulai dari lereng barat sampai lereng timur bukit Tongar.
Dunit, ciri litologi satuan ini dijumpai berwarna abu-abu gelap, mengandung
dominasi olivine, kompak, terkekarkan, di beberapa tempat mengalami ubahan serpentinisasi. Penyebaran batuan ini sesuai peta geologi diduga melensa dalam batuan Ultrabasa Peridotit. Kedua batuan ultrabasa tersebut berumur Jura akhir – Kapur Awal.
·   Satuan Batuan Gunungapi, ditemukan dilapangan terdiri dari Lava, breksi laharik, agglomerat dan bongkah-bongkah breksi andesit laharik, penyebaran satuan ini berada dibagian tenggara daerah penyelidikan, berumur Kuarter (Plestosen – Holosen).
·   Satuan Endapan Alluvium, dijumpai berupa  pasir, kerikil, lanau dan lumpur, yang merupakan material lepas-lepas tidak tersementasi, penyebaran satuan ini terdapat di sepanjang S.Tongar. Satuan endapan alluvial ini membentuk bidang erosional terhadap batuan dibawahnya, diperkirakan berumur Resen/Holosen.
Struktur
Struktur geologi yang ditemukan di daerah ini berupa kekar-kekar yang memotong batuan peridotit dan dunit. Arah umum kekar yang ditemukan berkisar N 150° E sampai N 170° E, dengan kemiringan 50° sampai 75°. Diduga struktur ini terbentuk merupakan akibat dari sesar utama regional yang berada dibagian utara dan barat daerah penyelidikan. Gambar 4 merupakan gambaran geologi keseluruhan dari daerah Batang Tongar.

Gambar 4 : Geologi Daerah Batang Tongar

Hasil Uji Petik
 Hasil analisa terhadap 38 conto tanah yang dilakukan terhadap unsur Ni, Cr, Fe, Mg dan Al menunjukkan harga anomali sebagai berikut : Ni > 5685.38 ppm, Cr > 4034.16 ppm, Fe > 245793.59 ppm, Mg > 15896.78 ppm dan Al > 84067.99 ppb (Gambar 5), harga destriktif statistik dapat dilihat pada Tabel 1.  Hubungan antar unsur Ni, Cr, Fe, Mg dan Al dapat dilihat pada Tabel 2, dimana terlihat umumnya unsur-unsur tersebut berdiri sendiri, hanya hubungan unsur Mg-Al dan Cr-Fe saja yang terlihat lebih sering bersamaan.

Tabel 1 : Harga destriktif statistik unsur-unsur logam daerah Batang Tongar,  Kecamatan Pasaman,Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat.

Ni  (ppm) :
Cr (ppm) :
Fe  (ppm) :
Mg  (ppm) :
Al  (ppm) :
Jumlah conto (n) :
38
38
38
38
38
Harga minimum :
1640
500
106000
1230
33838
Harga maksimum :
7460
5380
300000
28250
103334
Harga rata-rata (X) :
4137.30
2922.11
198894.74
9028.49
68990.45
Standart deviasi (S) :
1548.08
1112.05
46898.85
6868.29
15077.54
X + S :
5685.38
4034.16
245793.59
15896.78
84067.99
X + 2S :
72334.46
5146.21
292692.44
22765.07
99145.53

Gambar 5 : Peta Anomali Gabungan Unsur Ni, Cr, Fe, Mg dan Al daerah Batang Tongar.

Histogram dari unsur logam Ni, Cr, Fe, Mg dan Al dapat dilihat pada Gambar 6 dan menunjukkan histogram sebaran normal untuk unsur Ni, Cr, Fe, Al dan sebaran tidak normal untuk unsur Mg.
Tabel 2 : Hubungan antar unsure Ni, Cr,  Fe,  Mg dan Al

Ni
Cr
Fe
Mg
Al
Ni
1
0,17
0,26
-0,05
-0,02
Cr
0,17
1
0,58
0,00
-0,21
Fe
0,26
0,58
1
-0,26
-0,17
Mg
-0,05
0,00
-0,26
1
0,71
Al
-0,02
-0,21
-0,17
0,71
1

BAHAN GALIAN LOGAM KABUPATEN PASAMAN
Hasil pengumpulan data primer dan sekunder yang didapat dari laporan-laporan serta Data Base Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Dinas Pertambangan Propinsi Sumatra Barat, Kantor Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kabupaten Pasaman, juga dari laporan-laporan perusahaan swasta yang pernah melakukan eksplorasi di daerah ini, endapan bahan galian logam yang ditemukan adalah emas, timah hitam dan besi.
         Terdapat terdapat 15 lokasi bahan galian logam (Gambar 7) yang terdiri dari : 12 lokasi  bahan  galian emas, 2 lokasi bahan galian besi dan 1 lokasi bahan galian timah hitam.

 
Gambar 6. Histogram Penyebaran Unsur Ni, Cr, Fe, Mg dan Al.


Gambar 7 : Peta Lokasi Bahan Galian Logam dan Kawasan Hutan Kab.Pasaman.

BAHAN GALIAN LOGAM KABUPATEN PASAMAN BARAT
Dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder untuk daerah Kabupaten Pasaman Barat, Endapan Bahan Galian Logam yang didapat adalah emas dan kromit dan pasir besi.
Terdapat 8 lokasi bahan galian logam (Gambar 8) yang terdiri dari : 4 lokasi bahan galian emas, 3 lokasi bahan galian kromit dan 1 lokasi bahan galian pasir besi.

Gambar 8 : Peta Lokasi Bahan Galian Logam dan Kawasan Hutan Kabupaten Pasaman Barat.
PROSPEK PEMAMFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN
Untuk daerah Kabupaten Pasaman logam besi dan emas merupakan bahan galian yang prospek untuk dimamfaatkan dalam waktu dekat. Potensi bijih besi dari hasil eksplorasi PT. Dempo di daerah Jambak, Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari dengan jumlah sumberdaya ± 22.386.480 ton dengan kadar Fe total diantara 63,90 - 67,00 % dan hasil uji petik yang dilakukan oleh Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral di daerah Air Manggis, merupakan bahan galian yang paling prospek.
Sedang untuk daerah Kabupaten Pasaman Barat emas, pasir besi dan magnesium merupakan bahan galian yang prospek untuk dimanfaatkan.
PERMASALAHAN
Secara umum penyelidikan mineral logam di daerah Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat masih merupakan penyelidikan pendahuluan, berdasarkan SNI maka potensi bahan galian logam dikedua daerah ini masih merupakan sumberdaya, sehingga untuk mengetahui potensi bahan galian logam tersebut dalam cadangan masih perlu dilakukan penyelidikan lanjutan.
Selain itu hampir seluruh keterdapatan bahan galian logam berada dalam daerah hutan lindung, hal ini merupakan suatu hambatan besar untuk dapat memamfaatkan dan mengembangkan potensi bahan galian logam dari kedua daerah ini. Untuk memamfaatkan dan mengembangkan potensi bahan galian logam tersebut secara maksimum perlu diusahakan oleh pemerintah daerah setempat untuk pembebasan daerah lokasi bahan galian logam tersebut dari daerah hutan lindung dengan mengadakan kordinasi dengan instansi atau departemen terkait.
KESIMPULAN
1. Dari hasil pengumpulan data primer dan data sekunder maka jumlah lokasi keterdapatan bahan galian logam untuk Kabupaten Pasaman terdapat 15 lokasi bahan galian logam yang terdiri dari : 12 lokasi bahan galian emas, 2 lokasi bahan galian besi dan 1 lokasi bahan galian timah hitam, sedang untuk daerah Kabupaten Pasaman Barat terdapat 8 lokasi bahan galian logam yang terdiri dari : 4 lokasi bahan galian emas, 3 lokasi bahan galian kromit dan 1 lokasi bahan galian pasir besi.
2. Hasil uji petik menunjukkan bahwa daerah Air Manggis, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupataen Pasaman ditemukan bijih besi dengan jumlah sumber daya hipotetik ± 3.078.160 ton, dengan kadar rata-rata Fe total = 40,34 % dan uji petik daerah Batang Tongar, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat dari hasil analisa batuan bahwa daerah ini prospek untuk magnesit (Mg) yang berguna untuk industri pupuk dengan kadar rata-rata Mg = 188941 ppm (>18 %).
3. Mineral logam besi dan emas merupakan bahan galian logam yang paling prospek untuk dimanfaatkan dalam waktu dekat.
4. Secara umum mineralisasi ditemukan pada daerah batuan yang berumur Perm – Jura – Kapur, seperti batuan metasedimen Kelompok Batuan Woyla dan Kelompok Batuan Tapanuli yang diterobos oleh batuan intrusi yang berumur Oligosen – Miosen – Pliosen.
5. Hampir seluruh bahan galian logam pada kedua kabupaten masih dalam bentuk sumberdaya, belum dalam bentuk cadangan.
6. Kebanyakan lokasi endapan bahan galian berada pada hutan lindung.
SARAN
1. Diperlukan usaha untuk membebaskan lokasi endapan bahan galian dari hutan lindung.
2. Untuk dapat memanfaatkan dan mengembangkan endapan bahan galian mineral sebesar-besarnya merupakan usaha yang beresiko tinggi, untuk mengurangi resiko tersebut diperlukan usaha untuk menarik investor untuk masuk dalam bidang pertambangan ini. Untuk itu diperlukan usaha mempromosikan keterdapatan bahan galian mineral dari masing-masing kabupaten dan menyajikannya dalam bentuk yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Djaswadi, Sukirno, 1997, Prospective Of Base Metal Mineral1`s in Indonesia,  page 24 –37, Directorate Of Mineral Rercources, Bandung. 
Guilbert, J. M and J. D. Lowell, 1974. Variations in Zoning patterns in porphyry copper deposits, Can. Inst. Min. Metall. Bull., 67(Feb.):99-109.
Hanafi Saad, 1990, Second Relinquishment Of the Contrat of Work Area North and West Sumatera, PT. Antam Barisan Mining,  Bukit Tinggi.
Helman, P. L. dan Turvey D.J, 1986, Final Geological Report PT. Mangani Mineral Contrat Of Work, West Sumatra, Bukit Tinggi.
JICA (Japan International Cooperation Agency), 1983, Report On Cooperative Mineral Exploration Of Northern Sumatra, Ministry of Mines and Energy, Republic of Indonesia; and Metal Mining Agency of Japan
J.C. Carlile, A.H.G. Mitchell, 1993, Magmatic arcs and associated gold and copper mineralization in Indonesia, p.91 – 142, Jurn. Geochem. Expl., vol. 50-Nos.1-3, March 1994, Elsevier.
John M. Guilbert and Charles F. Park, Jr, 1986, The Geology Ore Deposits, W. H. Freeman and Company.
Katili, J.A., 1974, Geological Environment of the Indonesia Mineral Deposit, A Plate Tectonic Approach, Publikasi teknik – Seri Geologi Ekonomi No. 7, Direktorat Jenderal Pertambangan, Departemen Pertambangan.
Katili, J.A., 1980, Geotectonic of Indonesia, A modern view, Directorate General of Mines, (VII+) 271 pp., 75 Figs., 23 Tables, Jakarta.
Â…Â…Â…Â…, 2005, Laporan Penyelidikan Umum Bijih Besi, Nagari Binjai, Kec. Tigo Nagari, Kab. Pasaman, Prop. Sumatera Barat, PT. DEMPO MULTI MINERAL MAGNETIK, Padang.
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, Desember 2002, POTENSI BAHAN GALIAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Dinas Pertambangan dan Energi, Padang.
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, Desember 2004, SUMBERDAYA BAHAN GALIAN PROPINSI SUMATERA BARAT, Dinas Pertambangan dan Energi, Padang.
Rock, N.M.S., dkk, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera,  Skala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Eksplorasi Umum Timah Hitam (Pb) Di Kabupaten Pasaman


Dwi Nugroho Sunuhadi dan Syahya Sudarya
Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI


Geologi daerah Tambangan, Jorong Petok, Nagari Panti, Kabupaten Pasaman mempunyai runtunan stratigrafi dari muda ke tua, yaitu : Alluvial berumur Kuarter, Satuan Batuan Filit (Formasi Kuantan) berumur Permokarbon serta Granit (Batholit Tandung Kumbang) berumur Permo Trias. Mineralisasi logam dijumpai berupa urat-urat halus larutan silika berukuran beberapa cm sampai 10 cm maupun penggantian pada batuan samping mengandung mineral-mineral sulfida seperti galena, pirit dan kalkopirit dengan oksida besi sebagai pengotor dalam masadasar silika, yang kehadirannya sangat dipengaruhi oleh struktur, litologi pembawanya maupun faktor alam seperti erosi dan morfologi. Batuan intrusi granit dari Formasi Tadung Kumbang sebagai pembawa mineralisasi tersebar luas di daerah ini, sehingga kemungkinan sumber daya yang mmpunyai nilai ekonomis masih dapat diharapkan. Hal ini didukung oleh besarnya sebaran anomali chargeability batuan yang mengandung logam yang terukur dengan makin bertambahnya kedalaman. Potensi sumberdaya tereka logam Pb berdasarkan interpretasi geofisika diperkirakan sebanyak 7.389.038 ton.
 
 
PENDAHULUAN

Secara administratif, wilayah kegiatan eksplorasi terletak di Kampung Tambangan Jorong Petok, Nagari Panti Kabupaten Pasaman dan secara geografis wilayah ini terletak pada : 100° 05’ dan 100° 10’ Bujur Timur dan 0° 15’ dan 0° 21’ Lintang Utara dengan luas wilayah sekitar 104 km persegi (Gambar 1).
Daerah eksplorasi dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda 4 maupun kendaraan roda dua dari Lubuk Sikaping (ibukota Kabupaten Pasaman) – Petok – Kampung Baru Tambangan (lokasi eksplorasi) dengan jarak sekitar 30 km.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari data primer maupun data sekunder tentang potensi sumber daya mineral yang terdapat di daerah ini untuk melengkapi bank data yang telah dimiliki oleh Pusat Sumber Daya Geologi.
Tujuannya adalah untuk pembuatan Bank Data Sumber Daya Mineral Nasional dengan data terbaru dan akurat. Data tersebut dapat membantu untuk memudahkan pemerintah daerah setempat dalam rangka pengembangan wilayah guna menggali pendapatan asli daerah di bidang pertambangan.
Daerah Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai sebaran endapan timah hitam (Pb) yang cukup potensial, baik yang telah diketahui potensinya maupun yang masih indikasi. Untuk mengetahui lebih jauh potensi dan indikasi tersebut sejak tahun 2005, Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan kegiatan inventarisasi endapan mineral logam di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, maka melalui DIPA tahun 2009 ini dilakukan kegiatan eksplorasi umum endapan timah hitam di daerah Kabupaten Pasaman.
 
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN


Morfologi

Geomorfologi wilayah eksplorasi secara umum merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan pola aliran sungai paralel yang berarah tenggara – baratlaut (Gambar 4).
Sungai utama yang mengaliri daerah penyelidikan yaitu Batang Tambangan dengan anak-anak sungai yang bermuara ke Batang Tambangan. Geomorfologi daerah penyelidikan termasuk dalam satuan morfologi perbukitan bergelombang, daerah ini terletak pada ketinggian 250 s.d. 500 meter dpl dengan kemiringan lereng 20 – 40°.

Berdasarkan data-data yang diambil di lapangan, stratigrafi daerah penyelidikan dari yang muda ke yang tua adalah alluvial, metabatugamping, batutanduk, kuarsit, filit dan granit.
Alluvial
Satuan ini menempati sebagian kecil daerah penyelidikan, terendapkan pada daerah aliran Sungai Tambangan dan daerah limbah banjirnya berupa material lepas yang terdiri dari filit, granodiorit, granit, kuarsit dalam bentuk bongkah sampai pasir halus, satuan alluvial ini berumur Kuarter dan pengendapan masih berlangsung hingga saat ini
Meta batu gamping

Satuan ini tersingkap berupa lensa-lensa dalam batuan kuarsit, di bagian sebelah barat daerah penyelidikan, kontak dengan batuan granit dan menunjukkan indikasi adanya “skarn” dari hasil pengamatan PIMA. Dari hasil analisis petrografi pada beberapa conto batuan yang diambil untuk kontrol litologi di lapangan dapat diuraikan disini bahwa batuan sedimen-metasedimen yang ada di daerah ini berupa batugamping organik (PP.09/10/R) yang dalam fotomikrograf terlihat disusun oleh fragmen-fragmen fosil, kuarsa dan mineral opak di dalam masa dasar mikrokristalin karbonat, yang di dalam sayatan tipis batuan ini menunjukkan tekstur klastik, berbutir halus hingga berukuran 1 mm, kemas terbuka, terpilah buruk, menyudut tanggung - membundar, berongga/ sarang, terdiri dari fragmen–fragmen fosil di dalam masadasar mikrokristalin karbonat.
Batutanduk (Hornsfel)

Satuan ini tersingkap di sebelah timur dan tenggara daerah penyelidikan, kontak dengan batuan terobosan granit, mineralisasi di daerah ini berupa pirit dan pirhotit. Batuan kuarsa-biotit-epidot Hornsfel (conto PP.09/08/R), yang diskripsi petrografinya di dalam sayatan tipis batuan ini bersifat holokristalin, menunjukkan tekstur granoblastik dan mosaik, berbutir halus hingga berukuran 0,25 mm, bentuk butir xenoblast, disusun oleh mineral-mineral kuarsa, biotit, epidot dengan sedikit plagioklas. Tampak urat halus karbonat memotong massa batuan. Pada conto PP.09/14/RA batuan kuarsa-aktinolit-epidot hornsfel juga teridentifikasi dalam sayatan tipis batuan ini holokristalin, menunjukkan tekstur granoblastik dan mosaik, berbutir halus hingga berukuran 1 mm, bentuk butir xenoblast, disusun oleh mineral-mineral kuarsa, aktinolit, epidot dengan sedikit plagioklas dan karbonat.
Kuarsit

Satuan ini tersingkap di bagian tengah utara dan tengah daerah penyelidikan kontak dengan batuan granit di Sungai Tambangan Sanik, membawa mineralisasi silisifikasi yang kuat menghasilkan urat-urat kuarsa halus. Batuan kuarsit (PP.09/15/R), yang dalam sayatan tipis batuan ini tampak holokristalin, menunjukkan tekstur granoblastik dan foliasi terutama pada mineral pipih, berbutir halus hingga berukuran 0,5 mm, bentuk butir xenoblast, disusun oleh kuarsa dengan sedikit plagioklas, serisit dan mineral opak.
Satuan batuan filit

Satuan ini menempati sebagian besar wilayah penyelidikan, karena hampir seluruh wilayah eksplorasi batuan yang tersingkap merupakan batuan dari Formasi Kuantan (filit) yang telah mengalami proses diagenesa yang disebabkan oleh proses mineralisasi (pembentukan logam) ekonomis serta proses pelapukan pada batuan.

Granit
Satuan batuan ini tersingkap pada daerah-daerah lembah yang dijumpai pada wilayah penyelidikan atau bagian bawah dari Formasi Kuantan, granit ini tersingkap pada aliran sungai-sungai Tambangan pada daerah hulu dan pada aliran anak-anak sungai yang bermuara ke Sungai Tambangan. Hasil pengamatan petrografis, conto batuan intrusi granit (PP.09/12/R), menunjukkan sifat holokristalin, tekstur hipidiomorfik granular dan mikro pertit berbutir halus hingga berukuran 7 mm, bentuk anhedral – subhedral, dan disusun oleh mineral – mineral plagioklas, ortoklas, kuarsa, biotit dan hornblende, serta mineral – mineral sekunder, sedangkan mineral asesorinya adalah zirkon. Dari hasil analisis PIMA dijumpai indikasi mineralisasi “greissen”.
 
STRUKTUR GEOLOGI

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar, antiklin dan sinklin. Gejala sesar sangat terlihat di Sungai Tambangan berupa pembelokan sungai yang sangat tajam dan jejak pada batuan filit dengan arah umum baratlaut – tenggara dan sesar-sesar minor yang memotong arah ini.
Pada batuan filit dan granodiorit yang tersingkap di permukaan sangat banyak dijumpai rekahan-rekahan akibat pengaruh sesar yang terjadi yang terisi oleh mineral-mineral alterasi.
Struktur yang berkembang pada wilayah eksplorasi sangat dikontrol oleh struktur sesar regional yang dikenal dengan Sesar Semangko.
Mineralisasi /Indikasi Bahan Gallian

Dari litologi yang dijumpai mulai dari aluvial, koluvium, metasedimen dan batuan terobosan yang terdiri dari granit dan granodiorit, maka dapat diharapkan zona mineralisasi terjadi pada kontak batuan sedimen dengan batuan terobosan yang ada terutama batuan intrusi granit. Mineralisasi pada batuan metasedimen Formasi Kuantan diperkirakan sebagai akibat kontak hidrothermal dengan intrusi batholit Tadung Kumbang. Mineralisasi tipe kontak hidrothermal biasanya banyak mengandung oksida-oksida dan atau sulfida-sulfida dari logam Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg dan Fe.
Bentuk cebakan hidrothermal sering mengikuti bentuk rongga/replacement. Bentuk urat dan impregnasi dapat digolongkan pada proses “cavity filling”. Pada cebakan yang mengisi rongga (cavity filling) bisa terjadi dua proses yaitu pembentukan rongga dan pengisian larutan oleh mineral.
Kontak hidrothermal antara batuan metasedimen Formasi Kuantan dengan intrusi batholit Tadung Kumbang dijumpai sepanjang anak air Tambangan Sanik mulai dari jalan desa sampai kurang lebih 60 meter ke arah hulu dengan lebar mencapai 40 meter. 
 
Mineralisasi dijumpai baik berupa urat-urat halus larutan silika berukuran beberapa cm sampai 10 cm maupun penggantian pada batuan samping. Kenampakan megaskopis batuan berwarna abu-abu terang, berbutir sedang sampai halus, agak kompak mengandung mineral-mineral sulfida seperti galena, pirit dan kalkopirit dengan oksida besi sebagai pengotor dalam massa dasar silika.
Arah umum penyebaran logam dasar yang tersingkap di permukaan berkisar antara baratlaut – tenggara yang dikontrol oleh struktur patahan orde kedua dan seterusnya dari sesar besar Sumatera.
Data lapangan yang didapat berupa conto batuan alterasi dan termineralisasi, terutama mineralisasi timah hitam (Pb) maupun mineralisasi logam lainnya yang dianalisis kimia unsur, yang dari hasil analisisnya terlihat ada beberapa conto yang memiliki kandungan unsur logam mulia dan logam dasar yang cukup tinggi, seperti pada conto batuan PP.09/01/R yang memiliki kandungan Pb 28,99% dan Zn 15,71%, Ag 360 ppm, Au 50 ppb dan Sb 180 ppm, conto batu nomor PP.09/02/R yang memiliki kandungan Pb 32,07%, Zn 7400 ppm, Ag 40 ppm, Au 140 ppm serta Sb 20 ppm, conto PP.09/04/R dengan kandungan unsur-unsur Cu 600 ppm, Pb 4839 ppm, Zn 7,56%, Ag 11 ppm, Au 14 ppb, serta Sb 2 ppm; conto PP.09/14/R dengan kandungan unsur Cu 583 ppm, Pb 6607 ppm, Zn 7,29%, Ag 21 ppm, Au 15 ppb; conto PP.09/16/R dengan kandungan Cu 209 ppm, Pb 8842 ppm, Zn 1,72%, Ag 46 ppm, Au 12 ppb, As 8 ppm dan Sb 40 ppm; conto batuan PP.09/11/R dengan kandungan unsur Cu 460 ppm, Pb 138 ppm, Zn 438 ppm, Ag 20 ppm, Au 53 ppb; conto batu PP.09/36/R dengan kandungan unsur Cu 697 ppm, Pb 5349 ppm, Zn 10,56%, Ag 8 ppm dan Au 4 ppb; conto batu nomor PP.09/33/R dengan kandungan unsur Cu 1267 ppm, Pb 3767 ppm, Zn 636 ppm, Ag 11 ppm dan Au 172 ppb; dan juga conto batuan nomor PP.09/26/F yang berupa conto bongkahan dengan kandungan unsur Cu 242 ppm, Pb 173 ppm, Zn 145 ppm, Ag 4 ppm serta Au 41 ppb; serta 3 conto aluran/“chanelling’ seperti conto nomor PP.09/29/CH1 dengan kandungan unsur Cu 233 ppm, Pb 7484 ppm, Zn 5228 ppm, Ag 26 ppm, Au 14 ppb serta As 12 ppm; conto nomor PP.09/30/CH2 dengan kandungan unsur Cu 717 ppm, Pb 8635 ppm, Zn 9,46%, Ag 30 ppm, Au 96 ppb, As 2 ppm serta Sb 22 ppm; serta conto nomor PP.09/31/CH3 dengan kandungan unsur Cu 180 ppm, Pb 2,27%, Zn 6917%, Ag 4 ppm dan Au 13 ppb, yang ketiga conto ini diambil pada satu singkapan bijih galena yang berlokasi di pinggir jalan daerah Kampung Tongah, Petok, dengan interval/selang pemercontoan alur 1 m ke kiri dan ke kanan dan panjang alur sekitar 1,5 m – 2,5 m dari bagian atas ke bawah.
Dari beberapa conto batuan yang dianalisis mineragrafi, teramati mineral-mineral logam pirit, kalkopirit, kalkosit, sfalerit , kalkopirit, galena.
Hasil analisis PIMA beberapa conto batuan menunjukkan jenis alterasi yang berbeda, tetapi umumnya didominasi oleh propilitik (PP.0904R, PP.0905R, PP.0917F, PP.0918R, PP.0923F, PP.0925F, PP.0929CH1, PP.0929CH3, PP.0936R) yang dicirikan oleh mineral-mineral khlorit, epidot, monmorilonit, ilit dan kalsit. Beberapa conto memperlihatkan jenis ubahan yang menarik yaitu skarn (PP.0907R) dan greissen (PP.0920F), meskipun tingkat kesalahan interpretasi jenis mineralnya cukup tinggi, yaitu 1992 untuk turmalin

PEMBAHASAN

Dari litologi yang dijumpai di lapangan mulai dari endapan aluvium sungai, batuan metasedimen serta batuan terobosan granit, serta pengamatan secara kasat mata dengan memakai loupe, maka dapat diharapkan zona mineralisasi terjadi pada kontak batuan metasedimen dengan batuan terobosan yang ada terutama batuan intrusi granit. Mineralisasi pada batuan metasedimen Formasi Kuantan diperkirakan sebagai akibat kontak hidrothermal dengan intrusi batholit Tadung Kumbang. Mineralisasi tipe ini biasanya banyak mengandung oksida-oksida dan atau sulfida-sulfida dari logam Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg dan Fe.
Dari asosiasi mineral-mineral yang ditemukan di daerah ini dapat dijelaskan bahwa mineralisasi di daerah ini, bertipe epitermal “low sulfidation” (Buchanan), yang merupakan zona mineralisasi bagian bawah, dan tidak ada kaitannya dengan adanya/hadirnya logam mulia yang berada di zona mineralisasi bagian atas (di daerah ini mungkin telah mengalami proses erosi/juga oleh kondisi morfologi yang cukup terjal hingga zona yang berisi logam dasar disini bisa tersingkap), yang dicirikan oleh bau gas belerang yang kuat di dekat singkapan bijih galena.

Untuk mencari pola atau sebaran dari zona mineralisasinya yang diperlukan di dalam mendukung kualitas dan kuantitas bijih serta untuk menghitung besarnya perkiraan sumber daya bijih digunakan data hasil penyelidikan geofisika polarisasi terinduksi (IP) yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan ini

Nilai anomali chargeability di daerah penyelidikan ini berkisar antara 0.0 – 210 mV/V dan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok anomali (anomali < 10 mV/V tidak digambarkan disini/~ warna putih) yaitu:
a)    Daerah yang didominasi oleh anomali chargeability dengan nilai lebih kecil dari 10 mV/V, ditafsirkan sebagai defleksi batuan bawah permukaan yang bukan daerah mineralisasi atau tidak mengandung mineral logam.
b)    Daerah yang didominasi oleh anomali chargeability dengan nilai 10 – 25 mV/V, ditafsirkan sebagai defleksi batuan bawah permukaan yang merupakan daerah mineralisasi (mengandung) mineral logam.
c)    Daerah yang didominasi oleh anomali chargeability dengan nilai 25 – 50 mV/V, ditafsirkan sebagai defleksi batuan bawah permukaan yang mengandung mineral logam yang cukup besar secara kuantitas.
d)    Daerah yang didominasi oleh anomali chargeability dengan nilai > 50 mV/V, ditafsirkan sebagai defleksi dari batuan bawah permukaan yang mengandung paling besar kandungan mineral logam secara kuantitas.
Berdasarkan analisis hasil pengamatan IP (chargeability) yang dikompilasikan dengan hasil penyelidikan geologi permukaan, dapat diinterpretasikan, bahwa daerah yang dianggap prospek untuk ditindaklanjuti adalah di sekitar bagian tengah dan bagian sebelah barat daerah penyelidikan, atau lebih khusus lagi pada daerah dengan batuan granit (Peta Geologi-Lampiran 2), seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10. Harga chargeability yang tinggi ini dapat juga diartikan bahwa cebakan tersebut mengandung logam yang relatif banyak. Daerah tersebut ditafsirkan merupakan daerah batuan bawah permukaan yang mengandung mineral logam bila nilai chageability pada daerah tersebut lebih besar dari 10 mV/V, sehingga dianggap merupakan daerah yang kaya akan mineral logam, dengan kata lain sebagai daerah yang prospek untuk ditindaklanjuti.
Pemanfaatan bahan galian logam tidak terlepas dari kualitas, kuantitas dan aksesibilitas serta faktor lain seperti kondisi lingkungan. Hal ini menjadi perhatian penting apabila bahan galian tersebut nantinya akan dieksploitasi. Selain itu kendala dari pemanfaatan bahan galian ini adalah masih banyaknya penambangan yang dilakukan tidak berwawasan lingkungan, sehingga tidak memperdulikan keselamatan penambang sendiri dan faktor kelestarian wilayah.
Timah hitam sebagai salah satu komoditi jenis logam keberadaannya sangat diperlukan terutama sebagai bahan baku pencampur bahan bakar, amunisi, pembungkus kabel, solder, lempengan baterai dan lain-lain yang pada tahun-tahun terakhir ini permintaannya meningkat secara tajam di pasaran internasional, untuk itu perlu digalakkan kegiatan eksplorasi lebih lanjut sebagai upaya untuk mendapatkan cebakan baru.
Berdasarkan pemetaan geologi permukaan dan didukung oleh data dari pemercotnoan batuan termineralisasi logam dasar, pengukuran induksi polarisasi, maka keterdapatan bahan galian logam di daerah penyelidikan ini tersebar pada intrusi granit Formasi Tadung Kumbang yang menerobos batuan metasedimen dari Formasi Sihapas seluas ± 2.138.032 m2. Dengan mengambil asumsi tebal lapisan limapuluh (50) meter (dari hasil pendugaan polarisasi induksi), maka diperoleh volume endapan batuan yang mengandung logam dasar/bijih adalah 106.901.600 m3. Jika kekayaan logam dasar rata-rata 2,5693% (rata-rata data hasil analisis Pb dalam batuan) dan berat jenisnya 2,7 maka perkiraan sumberdaya tereka logam Pb di daerah penyelidikan ini adalah 7.389.038 ton .


KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pekerjaan lapangan yang dilakukan pada wilayah eksplorasi yang berlokasi di daerah Tambangan, Jorong Petok, Nagari Panti, Kabupaten Pasaman dan hasil hasil analisis laboratorium dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.    Geologi daerah penyelidikan, berdasarkan data-data yang diambil di lapangan dengan runtunan stratigrafi dari muda ke tua, yaitu : Alluvial berumur Kuarter, Satuan Batuan Filit (Formasi Kuantan) berumur Permokarbon serta Granit (Batholit Tandung Kumbang) berumur Permo Trias.
2.    Mineralisasi logam dijumpai berupa urat-urat halus larutan silika berukuran beberapa cm sampai 10 cm maupun penggantian pada batuan samping mengandung mineral-mineral sulfida seperti galena, pirit dan kalkopirit dengan oksida besi sebagai pengotor dalam masadasar silika, yang kehadirannya sangat dipengaruhi oleh struktur, litologi pembawanya maupun faktor alam seperti erosi. Beberapa conto batuan menunjukkan kandungan Pb 28,99% dan Zn 15,71%,
3.    Walaupun mineralisasi yang tersingkap terbatas, tapi mengingat sebaran batuan intrusi granit dari Formasi Tadung Kumbang sebagai pembawanya masih banyak di daerah ini, maka besar kemungkinan sumberdaya yang punya nilai ekonomis diharapkan masih dapat diperoleh, mengingat besarnya sebaran anomali chargeability batuan yang mengandung logam yang terukur dengan makin bertambahnya kedalaman.

4.    Potensi sumberdaya tereka logam Pb berdasarkan interpretasi geofisika diperkirakan sebanyak 7.389.038 ton.


Untuk itu perlu dilakukan pemboran uji geologi untuk mengetahui kebenaran potensi sumberdaya yang diperkirakan. Satu kendala yang perlu diperhitungkan jika ingin melakukan eksploitasi di daerah ini adalah tumpang tindih lahan, terkait dengan luasnya areal hutan lindung yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

............., 1980, Geotectonic of Indonesia, A modern view, Directorate General of Mines, (VII+) 271 pp., 75 Figs., 23 Tables, Jakarta.
………., 2002, Potensi Bahan Galian Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Padang

..............., 2004, Sumber Daya Bahan Galian Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Padang

Alan L. Walker and A. S. Buchanan. Geochemical processes in ore formation - pt. 2, kinetics of high-temperature gas-phase metal transport and the relation of the model systems to the natural environment.

Bateman, A.M., 1950. Economic Mineral Deposits, 2nd, New York, John Wiley & Sons Inc

Djaswadi, Sukirno, 1997, Prospective Of Base Metal Mineral`s in Indonesia, page 24 –37, Directorate of Mineral Resources, Bandung

Guilbert, J. M and J. D. Lowell, 1974. Variations in Zoning patterns in porphyry copper deposits, Can. Inst. Min. Metall. Bull., 67(Feb.):99-109.

Guilbert, John M. and Park, Charles F., Jr, 1986, The Geology Ore Deposits, W. H. Freeman and Company.

Hanafi, Saad, 1990, Second Relinquishment of the Contrat of Work Area North and West Sumatera, PT. Antam Barisan Mining, Bukit Tinggi

Helman, P. L. dan Turvey D.J, 1986, Final Geological Report PT. Mangani Mineral Contrat Of Work, West Sumatra, Bukit Tinggi

JICA (Japan International Cooperation Agency), 1983, Report On Cooperative Mineral Exploration Of Northern Sumatra, Ministry of Mines and Energy, Republic of Indonesia; and Metal Mining Agency of Japan
J.C. Carlile, A.H.G. Mitchell, 1993, Magmatic arcs and associated gold and copper mineralization in Indonesia, p.91 – 142, Jurn. Geochem. Expl., vol. 50-Nos.1-3, March 1994, Elsevier.

Katili, J.A., 1974, Geological Environment of the Indonesia Mineral Deposit, A Plate Tectonic Approach, Publikasi teknik – Seri Geologi Ekonomi No. 7, Direktorat Jenderal Pertambangan, Departemen Pertambangan

Rock, N.M.S. dkk., 1983. Peta Geologi Lembar Lubuksikaping, Sumatera sekala 1 : 250. 000, P3G, Bandung

PT. Dempo Multi Mineral Magnetik, 2005, Laporan Penyelidikan Umum Bijih Besi, Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat, PT. Dempo Multi Mineral Magnetik, Padang Sumatera, sekala 1: 250.000, PPPG Bandung